Maafkan Hamba Ya Allah

Ada masa diri ini merasa sangat beruntung. Allah berikan rezeki yang membuat diri ini merasa lebih dari cukup.

Ada masa diri ini merasa sangat beruntung. Allah berikan anak-anak yang bertumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan.

Ada masa diri ini merasa sangat beruntung. Allah berikan suami yang peduli dengan rumah, anak-anak dan bekerja keras setiap hari tanpa lelah.

Ada masa diri ini merasa sangat beruntung. Allah berikan kesehatan yang memampukan diri untuk berlari lebih jauh, lebih cepat.

Ada masa diri ini merasa sangat beruntung. Allah berikan buah dari jatuh bangun menyelesaikan pendidikan doktoral.

Ada masa diri ini merasa sangat beruntung. Allah berikan kesempatan untuk menyampaikan ilmu dengan lidah yang dimudahkan.

Ada masa diri ini merasa sangatberuntung. Allah berikan teman yang membantu meringankan pekerjaan sehari-hari.

Lalu datanglah sebuah ujian yang menurut hamba besar. Lalu hamba merasa hancur, merasa terpuruk, merasa jauh dari bayangan ideal diri.

Lalu datanglah sebuah ujian yang menurut hamba teramat menyakitkan. Amat menyakitkan. Membuat luka yang sangat dalam.

Lalu datanglah sebuah ujian yang menurut hamba sulit untuk diterima. Berat hati. Sesak dada.

Rasanya ingin menghilang. Rasanya ingin tidak ada saja. Ingin membenamkan diri sedalam mungkin.

Lalu hamba mulai mempertanyakan, kemana muara doa-doa di penghujung shalat yang selalu hamba pinta?

Lalu hamba mulai mempertanyakan, apakah Engkau menyayangi hamba-Mu ini ya Allah?

Istighfar. Istighfar. Istighfar. Begitu nasehat seorang sahabat yang Allah kirimkan pada hamba.

Istighfar. Istighfar. Istighfar. Luka ini tidak akan menjadi lebih baik dengan bersikap seperti itu.

Allah maha baik. Takdir Allah selalu baik. Allah sayang sekali dengan hamba-Nya.

Allah ingin hamba-Nya mendekat, maka Allah berikan jalan untuk dekat.

Kembali ke Allah, Adinda. Hanya Allah yang bisa memenuhi relung jiwamu.

Hanya Allah yang memiliki cinta tak terbatas untuk siapa saja dari hamba-Nya yang mendekat.

Allah itu dekat. Allah mendengar siapapun yang meminta.

Berprasangka baik dengan Allah. Karena Allah sungguh sesuai persangkaan hambaNya.

Dengan hati yang merasa sempit, hamba mencoba membuka lembaran mushaf dan membacanya…

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ

Wahai jiwa yang tenang!

ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.

فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ

Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,

وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ

dan masuklah ke dalam surga-Ku.

Ya Allah, hamba ingin disapa seperti ini.

Membayangkannya saja rasanya masya Allah.

Hamba ingin disapa oleh Allah.

Hamba ingin kembali ke jalan-Mu.

Hamba ingin dimasukan ke dalam golongan hamba-hamba-Mu.

Hamba ingin dimasukan ke dalam surga-Mu.

Ampuni hamba-Mu ini ya Allah.

Robbana dholamna anfusana wailam tagfirlana watarhamana lana kunnana minal khosirin.

Robbii auzidnii an asykura ni’matakallatii an’amta ‘alayya

Wa ‘ala waalidayya wa an a’mala shoolihan tardhoohu wa adkhilnii

Birahmatika fii ibaadikasshaalihiin

Advertisement