Menghadapi Orang Berfikiran Negatif

Dulu, saya merasa sulit untuk mencapai sesuatu. Banyak kebiasaan-kebiasaan buruk yang sudah terlanjur lama dimiliki. Seperti menunda-nunda, melakukan sesuatu asal-asalan, bangun terlambat, makan tidak sehat dan lain-lain. Pernah beberapa kali berada di titik sadar, ingin merubah semuanya, tetapi pada kenyataannya sulit. Sampai akhirnya saya belajar bagaimana membuang emosi negatif.

Ternyata… Emosi negatif itu menguras banyak pikiran dan otomatis menguras energi kita juga. Seringkali banyak hal berputar di pikiran dan perlu kita uraikan dengan baik. Sehingga tidak terus-menerus berputar dan memakan energi kita. Sehingga tugas-tugas utama di kehidupan dikerjakan dengan energi sisa. Tidak maksimal? Keburu lelah? Bisa mengacaukan semuanya.

Setelah belajar dan berlatih membuang emosi negatif, masya Allah, tabarakallah, ringan sekali melangkah. Menutu hari seingkali dengan senyum. Bangun bergairah di shubuh hari. Dan pekerjaan-pekerjaan sehari-hari tertunaikan dengan baik. Selain itu, proses pedekate sama Allah juga terasa semakin nikmat.

Hal ini kemudian menjadi konsen saya belakangan ini. Membuang emosi negatif. Belajar berfikir positif. Berasumsi, ya jelas asumsi, karena biasanya kita bergerak berdasarkan asumsi kita terhadap sesuatu. Yang mungkin benar dan mungkin salah. Namun asumsi yang dipilih, inginnya menjadi asumsi yang mendorong kita menjadi lebih baik. Seringkali berasumsi, dengan berkhusnudzon, menjadi latihan baru untuk bisa lebih ringan dan bahagia dalam melangkah.

Dengan konsen baru ini, saya seringkali gatal melihat orang yang terus berbicara negatif tentang orang lain. Lebih gatalnya jika cerita itu berulang-ulang, entah orangnya atau kejadiannya. Saya suka berusaha menahan diri. Namun ujung-ujungnya, saya harus meregulasi diri saya. Agar bisa memaafkan orang tersebut. Memaklumi. Walaupun terkadang saya merasa lelah mengkonfirmasi hal positif dari orang yang diomonginnya tersebut.

Teman, betapa terlalu berharganya hidup ini kalau kita tidak habiskan dengan pikiran positif. Pikiran positif ini menggairahkan jiwa. Menimbulkan semangat dan kasih sayang. Pikiran negatif dan tindakan negatif, menguras energi kita untuk hal-hal yang sia-sia. Ayo kita usir emosi negatif kita. Kita lapangkan hati kita dari pikiran negatif terhadap apapun. Insya Allah, langkah akan terasa ringan dan tindakan positif akan mungkin lahir.

Advertisement

Nyobain Hidup Sehat

Jadi, setelah liburan Tour de Asean kemarin, berat saya nambah 5 kilo. Masya Allah, bahagia kali yak. Sekarang demi menjaga kesehatan, saya berniat untuk hidup sehat yang insya Allah bisa bantu nurunin berat badan juga. Akhirnya saya memilih coach untuk hidup sehat.

Coach saya membimbing saya bertahap. Pertama-tama belajar menggantikan nasi putih engan nasi merah. Setelah terbiasa, mulai mencoba mengganti makanan yang digoreng dengan yang dibakar. Berikutnya, menghindari santan. Dan yang tetap dari awal adalah minum air putih 3.5L per hari. Alhamdulillah, setelah 2 minggu dijalani, badan jadi gak gampang lelah dan berat badan turun 3.7 kg.

Awalnya pusing mencari waktu untuk bergerak selama 30 menit, tapi lama-lama sudah bisa menjadwalkan 30 menit shubuh-shubuh saat anak-anak belum bangun. Kalaupun bangun, mencoba meluangkan waktu di sore hari menjelang maghrib.

Coach saya membantu saya melek kesehatan. Melek bahwa kebiasaan saya memang sangat memungkinkan saya untuk merasa lelah dan lesu. Plus berat nambah banyak. Hidup sehat ini juga salah satu upaya saya, untuk bisa memainkan aktivitas super di depan mata, being full-time mom sambil ngejar target kelulusan S3.

Bismillah. Mohon doanya yah teman-teman.

Sebulan di Tempat Baru

Alhamdulillah, hari ini tepat sebulan kami pindah ke tempat baru. Ingat bagaimana deg-degannya kami memutuskan untuk tinggal bersama mulai saat itu. Kami takut bagaimana nasib S3 saya, bagaimana sekolah anak-anak, bagaimana lingkungan baru kami nanti, bagaimana jarak Ayah ke kantor, dll. Namun, saya selalu ingat, bahwa Allah yang bisa menenangkan hati kita. Maka terus berdoa ke Allah agar mendapatkan tempat baru yang semakin mendekatkan kita ke tempat peningkatan Ilmu dan Iman yang baik. Qadarullah, sampailah kami di BSD City ini.

Di tempat baru, kami mendapati tetangga-tetangga yang menyenangkan hati. Tempat sayur yang menyenangkan hati dan dompet. Masjid yang menyenangkan hati juga karena masya Allah, tabarakallah, ramai kajian dan menjangkau baik anak-anak maupun dewasa. Selain itu, disini ketemu komunitas mentoring parenting. Dimana ketemu teman-teman yang selain sholehah, semangat untuk belajar ilmu pendidikan anaknya pun tinggi, asyik pulak. Alhamdulillah.

Sekarang yang masih PR adalah bagaimana bisa mengerjakan riset di tengah mengasuh anak dan beradaptasi di lingkungan baru. Kemarin saya mengijinkan diri saya untuk adjust selama sebulan sampai bisa kerja lagi. Alhamdulillah hari ini saya sudah menemukan polanya. Doain yah, semoga selain berkumpul lagi sama suami, anak-anak dekat dengan kedua orang tuanya, Bundanya punya banyak waktu untuk memperhatikan anak-anak dan suami, Bundanya bisa juga lulus S3 nya.

Laa haula wa laa kuwwata illaaa billaaah. Bismillah! Semangat!!!!

Kehidupan Kami di Yangon

Yup. Kami tinggal disana sebulan saja. Karena suami kembali ditempatkan di Jakarta. Alhamdulilah.

Di Yangon, hiburan kami sedikit. Mall lagi, mall lagi. Tapi disini yang bikin nyaman apa coba? Orang-orangnya kebanyakan bisa bahasa Inggris dan ramah-ramah. Gak banyak liat orang teriak-teriak atau nyolot. Lebih banyak liat orang senyum. Mereka juga gak aneh sama orang asing. Gak kayak, duh gmau ngomong gw, lo aja.

Harga disini pun beda-beda tipis sama di Bandung. Di Bandung yah, bukan di Jakarta. Jadi relatif lebih murah di Yangon. Terutama grab/taksi nya. Mungkin karena jalanan gak terlalu macet juga yah dan karena mobilnya mobil tua semua. Konon katanya, mereka banyak mengimpor mobil bekas dari Jepang. Jadi mobil-mobilnya banyak yang jadul. Jadi Yangon ini bisa jadi pilihan liburan hemat atau kalau kerja disini, dijamin savingnya banyak. 😀

Kami datang ke Yangon, di musim yang memang kurang asyik, jadi gak gitu banyak bisa nikmatin ruangan terbukanya. Istilah mereka moonsoon. Jadi musim hujan. Dan hujannya disini tuh guede banget. Deras dan anginnya kencang. Jadi beneran bikin males kemana-mana. Plusssss, tiap hari. Non stop. Jadi kalau mau berkunjung kesini enaknya Desember-Maret, katanya.

Mereka punya ruang terbuka banyak banget. Tamanya banyak. Ada yang unik yang ditemukan di banyak taman disini. Yaitu peraturan dilarang bercumbu. Hehe. Sampe-sampe ditempel dan digambar di setiap taman. Ternyata emang ya ampuuunnnn, disini orang pacaran pada di taman dan bisa berbuat yang aneh-aneh emang. Jagain anak-anaknya dan pilih waktu yang gak gelap aja.

Selain taman, ruang terbuka yang banyak dikunjungi, PAGODA. Dimana-mana bakal nemu banyak pagoda. Buat saya sih ini hanya wisata foto aja. Hehe. I am not that interested to learn other religion’s story. Lah, belajar Islam aja masih belang betong.

Karena lagi musim ujan, jadi beneran banyak ke Mall. Sampai-sampai Alisha kalau pagi-pagi baru bangun, sarapan, dan mandi, langsung nanya, Bun, kita ke Mall ? kkkk. Alhamdulillah walaupun mall-hotel lagi, anak-anak tetep seru dan berkesan. Karena banyak keunikan yang ketangkap sama anak-anak.

Salah satunya, tanaka. Tanaka adalah serbuk kayu yang dicampur air, lalu dioleskan di kulit. Banyak sekali orang menggunakan tanaka. Lebih sering dijumpai di anak-anak dan perempuan dewasa. Katanya, si Tanaka ini bisa bikin kulit adem, bersih dan lembut. Suatu hari, kami pergi ke pasar untuk beli Tanaka. Alisha semangat dipakein. Eh, Khaleed sebel banget. Apalagi pas saya make, dia sampe nangis-nangis minta saya ngehapus tanaka. >_<

Pengalaman unik lain buat anak-anak adalah, bahasa. Bisa dibilang kami disini Full English, karena hampir semua orang yang kami temui mampu berbahasa Inggris. Di hotel, di restoran, di supermarket, di taksi, semua bisa bahasa inggris walaupun sedikit. Anak-anak jadi belajar bahasa baru. Selain bahasa inggris, untuk ungkapan-ungkapan sederhana dalam bahasa Burma, anak-anak pun mencoba mengerti, seperti Chesuba (terimakasih), Minglabar (halo), dll.

Berhubung kami tinggal di hotel, jadi kami tidak bisa masak seru. Paling masak nasi atau indomie. Sisanya makan di luar terus. Alhamdulillahnya, makanan-makanan Myanmar ini enak-enak. Jadi kami sangat menikmati makanan disini. Banyak juga yang halal. Bisa dibilang, bumbu-bumbu yang mereka pakai, banyak yang mirip dengan yang dipakai di Indonesia.

Perkumpulan Orang Indonesia disini menjadi tempat yang menarik untuk kami. Dulu, saat merantau terakhir, kami masih baru menikah, tanpa anak, status mahasiswa, sekarang saya masih sih statusnya mahasiswa. kkkk. Sekarang gengnya jadi expat. Enaknya apa? Makanannya enak-enak kalau ngumpul. Kkkk. Dulu mah kan makanannya perjuangan, secara mahasiswa-mahasiswa yang mau makan tiga kali sehari aja udah syukur.

Jumlah expat disini banyak. Tapi beda kali yah orang kerja. Kalau mahasiswa kan sering hura-hura walaupun gak punya duit juga, kalau disini jadi banyak nya lebih kumpul ma keluarga masing-masing dan menikmati hidup. Hehe.

Alhamdulillah, selama sebulan disini, kami belajar banyak. Saya dan suami, mulai bisa adaptasi tinggal bersama. Anak-anak pun mulai terbiasa main setiap hari sama Ayahnya, menunggu-nunggu ayahnya pulang, karena apa? Karena ayah selalu punya yang seru untuk dibawa pulang. Entah makanan, entah cerita atau ngajak kami jalan-jalan ke tempat baru.

Thanks Yangon for being nice to us.