Kami memutuskan untuk merawat Khaleed pasca khitan di Enin. Kenapa? Karena saya akan tetap menulis paper. Alisha di Daycare dan Khaleed di rumah sama saya. Ada wifi juga pan. Jadi bakal lebih mudah kalau di Cisitu. Selain itu juga, Enin berniat mengadakan syukuran di rumahnya mengundang saudara dan kerabat.
Khaleed yang belum tidur lagi dari jam 2 pagi, ternyata sampai rumah malah seger. Main. Jongkok. Berdiri. Ngeri sayanya. Tapi mungkin karena obat biusnya masih bekerja, jadi dia gak merasakan sakit. Sampai akhirnya dia sempat santai sebentar dan mengeluh, “Duh, Bun, kok sakit sih.” Nah, mulai deh abis obat biusnya. Mulai juga rewel dan rewelnya, minta teman-temannya datang hari itu juga. Padahal undangan syukuran itu besoknya, hari Sabtu.
Akhirnya saya kontak sepupu saya, Nuvi, menanyakan apakah Farel boleh saya jemput dari sekolahnya untuk main ke rumah dan menemani Khaleed? Qadarallah, boleh dan Farel pun mau pas saya jemput di Sekolah. Awalnya mereka berdua saling bingung mau main apa. Lah yang satunya cuman bisa diem aja make sarung. Hehe. Tapi lambat laun mereka berinteraksi normal. Hanya mainannya aja yang beda. Main Lego. Hehe. Biasanya kan lulumpatan main kesana kemari. Hah? Apa itu lulumpatan? Googling lah…. 😛 Jangan males.
Waktu makan siang pertama, Khaleed masih sedih karena dia merasa sakit. Jadi cuman masuk makanan dikit. Minum obat lalu diobatin lukanya. Masya Allah, gak mau. Khaleed ketakutan pas saya mulai mendekati p***s nya. Saya jelaskan kalau ini untuk kecepatan penyembuhannya. Sambil nangis aakhirnya berhasil juga diobatin.
Waktu sore saya mikir gimana yah caranya agar prosesnya lebih soft. Akhirnya saya inget pelajaran wiring otak anak. Anak itu harus nemu why why why. Akhirnya saya coba deh untuk pas ngelap.
B: Mas, ayo Bunda lap yah badannya.
K: Gak mau.
B: Khaleed mandi kan tadi shubuh, seharian main sama Farel, kira-kira badan Khaleed kotor gak?
K: Kotor.
B: Kalau kotor harus diapain?
K: Dibersihin.
B: boleh gak Bunda mandiin Khaleed?
K: Gak, nanti sakit kena air.
B: Jadi gimana caranya Bunda bersihin badan Khaleed?
K: Di lap.
B: Oke yah, sekarang Bunda lap badan Khaleed.
Alhamdulillah lancar proses pengelapan. Berikutnya adalah mebersihkan bagian sekitar luka dengan rifanol. Karena tumpahan obat jahitan kan kena ke buah zakarnya dan paha. Sarungnya pun kotor.
B: Sekarang Bunda mau bersihin buah zakarnya Khaleed yah.
K: Gak mau.
B: Kenapa?
K: Sakit.
B: Emang kalau buah zakarnya bunda sentuh bakal sakit?
K: Iya.
B: Gak mas, yang bakal sakit kalau disentuh itu adalah luka jahitan. (Saya jelasin make tangan saya, mana luka jahitan, mana buah zakar) Jadi kalau Bunda sentuh yang lain, walaupun itu dekat luka, gak akan sakit. Tapi Khaleed takut, ya kan?
K: Iya.
B: Nah, sekarang Mas Khaleed percaya gak sama Bunda? Kalau Bunda gak akan sentuh luka jahitan Mas Khaleed? Karena Bunda gak mau sakitin Mas Khaleed?
K: Percaya.
B: OK. Kalau gitu sekarang mas angkat tangan Mas Khaleed dan Bunda bakal bersihin sekitar luka mas khaleed, bukan lukanya.
K: Tunggu Bun. Khaleed mau bilang Khaleed berani, Khaleed gak sakit.
B: OK
Dan alhamdulillah lancar proses ngebersihinnya. Begitu seterusnya. Dan amazingnya…. Doi jadi berani jalan, duduk, dan beraktivitas seperti biasa. Kekuatan itu dimulai dari pikiran yah mas. Kalau kamu takut, maka kamu akan takut. Kalau kamu berfikir kamu berani, kamu akan berani. Kalau kamu pikir gak bisa, kamu akan gak bisa. Jadi sekarang peernya gimana caranya supaya Mas bisa selalu berfikir positif.
Dan ini penting mas. Sekarang tantangannya khitan. Besok besok bakal beda lagi. I want you to be a positive man.