Banyak hal yang terjadi yang pernah membuat saya terluka. Membuat segalanya menjadi gelap. Sesaat. Saya sempat takut menghadapi hari esok. Dengan ketakutan-ketakutan itu, saya belajar. Saya belajar memaafkan, tanpa harus ada yang meminta maaf. Saya belajar untuk ikhlas, meski kondisi tidak mudah. Saya belajar untuk mencari tujuan hidup, meskipun sulit sekali melihat dengan jernih, dengan jelas.
Kenyataannya, hari ini saya menikah. Memiliki dua anak. Memori itu tidak perlu saya hapus. Tidak perlu saya terus menerus mengingatnya. Yang terpenting hari ini, saya harus belajar. Terutama belajar bagaimana mengikhlaskan semua yang terjadi pada diri saya. Belajar percaya, bahwa Allah itu Maha Baik. Allah itu Maha Tahu. Allah itu Maha Segalanya. Jadi kalau pun ada yang harus saya takutkan dalam hidup adalah… Allah itu sendiri. Bukan yang lain.
Manusia itu lemah. Manusia itu banyak alfa. Manusia itu egois dan terkadang serakah. Tapi Allah tidak. Manusia itu memilih kebenaran. Allah itu Maha Benar.
Masa depan akan terus menjadi misteri. Melakukan yang terbaik hari ini bukan sebuah pilihan. Tetapi keharusan. Maka hasil adalah hak prerogatif Allah.
Ya Allah… Jadikan hati ini lembut untuk selalu tunduk pada-Mu. Jadikan hati ini selalu bersyukur kepada-Mu, agar bahagia didapat selalu.
Saya pandang lagi wajah-wajah suami dan anak-anak. Saya ingin merawat kebahagiaan mereka.
Saya ingin ketika kami terjatuh, saya menjadi yang terkuat yang akan mengambil tangan mereka untuk berdiri lagi. Sampai akhirnya mereka kuat untuk berdiri sendiri saat saya tidak lagi membersamai.
Saya ingin merawat kebahagiaan mereka, dengan menjadi teladan yang terbaik dalam bersyukur kepada-Mu. Karena kebahagiaan mereka bukan didapat dari jabatan yang akan mereka pangku, harta yang akan mereka kumpulkan, atau gelar yang akan mereka raih, melainkan hati mereka yang terus bersyukur kepada-Mu.