Takut Keluar Dini Hari

Ada perasaan yang baru yang saya alami seiring bertambahnya usia kehamilan. Yaitu takut keluar di hari gelap sendiri. Dulu waktu kuliah, saya cuek banget. Ngerjain TA pulang jam 11, 12 bahkan pernah sampe jam 3 pagi, saya cuek dan berani aja pulang naik motor dari kampus ke rumah.

Setelah Khaleed agak gede dan pindah ke rumah sendiri juga berani aja nyetir dini hari untuk mengantar ayah ke travel atau ke tumpangannya untuk ke Jakarta. Tapi akhir-akhir ini saya merasa takut.

Entah kenapa saya merasa diri saya dulu kuat dan berani berantem (adu jotos) kalau misalnya ada orang jahat. Saya merasa fisik saya prima dan bisa. Walaupun belum pernah kejadian juga sih diapa-apain. Paling banter dipepet dua motor tapi gak diapa-apain. Tapi setidaknya nyali ada.

Nah, sekarang saya lagi merasakan ketakutan. Karena saya merasa sekarang gak bisa berantem. Lari pun susah. Jadi saya takut karena merasa tidak berdaya. Dan dini hari tadi, yang membuat saya takut adalah ketika sampai di titik drop ayah, yaitu di Gasibu, banyak bis dan lautan bobotoh. Mereka banyak yang berjalan kaki menuju rumah masing-masing dalam kelompok yang besar.

Saya takut. Gak tau kenapa saya merasa massa itu menakutkan. Orang kalau udah banyakan, biasanya lebih berani melakukan hal-hal seenak perut. Akhirnya saya menancap gas kencang begitu Ayah turun. Dan Ayah menyuruh saya untuk melewati beberapa jalan yang tidak ada lampu merahnya. Ayah khawatir kalau saya harus berhenti di lampu merah dan dikelilingi massa.

Perjalanan pulang dini hari tadi menjadi perjalanan yang menyeramkan bagi saya. Tapi alhamdulillah tidak terjadi apa-apa. Kayaknya selama hamil ini lebih baik Ayah ke Jakarta di malam hari saja daripada dini hari. Saya takut nganternya. >_<

Advertisement

Sakit Sedikit, Nangis Sedikit

Seminggu lalu, banyak menghabiskan waktu di rumah. Karena jagoan kecil saya sakit demam kurleb 4 hari. Karena pola demamnya yang naik turun saat malam dan pagi hari, saya cukup khawatir. Dan akhirnya pada hari kamis saya membawanya ke dokter. Dokter memeriksa, ada kemungkinan karena amandelnya yang membengkak. Tapi pola demamnya membuat dokter berfikir, demamnya adalah demam tipes atau DB. Untuk memastikan maka dokter meminta Khaleed tes darah.

Sejauh yang saya kenal, Khaleed adalah anak yang bisa diajak membuat kesepakatan dan kecenderungannya adalah memegang apa yang sudah dijadikan perjanjian. Maka untuk menghadapi beberapa momen, perlu banget di briefing di awal supaya lancar. Termasuk masalah pengambilan darah ini. Secara Bundanya beberapa minggu sebelumnya diambil darah dan yes, ngilu, karena disuntiknya agak lama, maka Khaleed pun harus dikasih tau gimana rasanya diambil darah.

Saya jelaskan, kalau diambil darah itu nanti ada jarum suntik ditojos ke tangan kita. Lalu dalam beberapa detik, ditahan sampai darah kita cukup buat diperiksa. Sakit. Tapi Khaleed kuat. Jadi Khaleed pasti bisa.

Masuk ke ruangan lab, Khaleed menunjukan perasaan biasa saja. Bahkan cenderung antusias. Khaleed bilang ke susternya, mau diambil darahnya, disuntik, sakit, tapi sedikit aja. Suster hanya tersenyum. Khaleed pun dengan beraninya duduk sendiri di kursi. Namun suster kemudian berbisik, “Bu, sebaiknya dipangku saja. Takutnya kalau kesakitan dia berontak. Jadi perlu dipegangin.”

“Oh, baik. Sini mas Khaleed disuntiknya dipangku Bunda yah.”

Jarum suntik pun dikeluarkan oleh suster. Tidak ada rasa takut melihatnya. Bahkan ketika suster memegang jarum suntik sambil mencari-cari tempat di tangan kanan atau kirinya untuk disuntik, Khaleed nampak tenang dan bahkan sangat responsif menjawab pertanyaan-pertanyaan suster.

Saatnya pun tiba, bismillaahirrahmaanirrahiim. Jossss!

Tidak ada suara.

Namun beberapa detik kemudian, kok jarum suntiknya belum dilepas? Ya iya lah, kan darahnya belum cukup. Khaleed pun teriak histeris kesakitan. Bahkan menangis kencang sekali. “Aw… aw… sakit bun…”

“Iya mas, sakit. Tapi sebentar lagi aja kok. Nangis atau teriak aja kalau sakit, gapapa kok.”

Dan Khaleed pun terus menangis. Seketika jarum dilepas. Khaleed masih menangis. Dipasang semacam hansaplast untuk menutupi lubang bekas disuntik. Lalu turun dari pangkuan saya.

Seketika setelah turun dari pangkuan, Khaleed berhenti menangis tiba-tiba. Padahal gak kelihatan ancang-ancang bakal berhenti menangis. Tiba-tiba saja dari tangisan histeris, Khaleed pun diam. Berhenti menangis. Dan tersenyum.

“Sakit ya bun. Tapi sakitnya sedikit. Jadi nangisnya sedikit aja.”

Sontak saya dan suster yang awalnya kebingungan dengan perubahan emosi Khaleed tertawa. Khaleed dan saya pun keluar dari lab sambil tersenyum.

Ketika bertemu dokter dan menyerahkan hasil lab sejam kemudian, Khaleed pun bercerita lagi ke dokter, “Tadi Khaleed disuntik. Sakit sedikit. Jadi nangis sedikit aja.”

Yoghurt ODISE

Pertama kali ngerasain yoghurt ini, langsung teringat sama yoghurt di Korea yang suka dibeli pas hamil Khaleed. Jaman dulu hamil Khaleed gak ada ceritanya mie ayam, baso tahu, jajanan pasar, dan lain-lain. Bahkan buah tropis! Kebayang kan betapa lidah ini gemes pengen makan makanan indonesia, tapi yang ada malah kimchi. Alhasil mulut jadi kasian, pengen makan sesuatu tapi gak kesampaian. Kadang jatuhnya juga jadi males makan masakan korea. Sampai akhirnya rada tumbang dan mulai realistis. Udah, makan yang ada aja. Gak usah mikir yang gak ada. Akhirnya mulai lah hidup sehat. Makan apa adanya yang penting sayur, protein dan karbo terpenuhi. Minum susu. Dan untuk menghilangkan keenegan, makan yoghurt. Yoghurt itu dimakan apa diminum ya? 😀

Kalau pas dulu sih dimakan. Karena yoghurt yang dikonsumsi pas hamil Khaleed itu kentel banget. Mengenyangkan dan gak menghilangkan rasa aneh di mulut. Saya percaya, rasa aneh di mulut biasanya dikarenakan terlalu banyak zat yang gak sehat. Hal ini pernah saya rasakan ketika beberapa kali membandingkan makan buah yang dikupas sendiri dan buah yang suka dijual tukang rujak di pinggir jalan. Kayaknya ditambahin gula atau dicelup ke pewarna. Soalnya warnanya menggoda banget, dan rasanya biasanya manis. Tapi menyisakan rasa gak enak di mulut tiap mengkonsumsinya. Terlebih katanya, perempuan hamil lebih sensitif karena dia akan berusaha melindungi bayinya dari hal-hal yang gak baik buat bayinya.

Nah, pas nyobain yoghurt ODISE ini beda. Pertama dia gak cair dan rasanya gak aneh. Gak aneh teh, ke perut gak sakit, ke mulut gak menyisakan rasa yang aneh. Sejak konsumsi pertama kali, saya langsung mikir, wah mesti rutin nih konsumsinya. Enak, sehat dan gak terlalu mahal. Apalagi kalau beli yang 1 L.

Jadi pas sekarang mulai agak sering tumbang karena gizi kurang seimbang dan cuaca yang luar biasa panas, mau mulai lagi ah kebiasaan sehat pas hamil dulu. Konsumsi yofhurt. Tapi karena pengen yang bener-bener gak kebanyakan gula, atau bahan-bahan aneh, pilihan jatuh ke ODISE.

Jadi penasaran juga akhirnya googling tentang yoghurt ini. Oh, ternyata yoghurt ini emang beda tipenya sama yang lain. Kalau ini lebih mirip seperti di negara asalnya di eropa sana. Kental. Dan ini yang saya suka. Bukan sekadar minuman asam. 🙂

Semoga bisa jadi sumber energi yang sehat dan mengenyangkan.

Gojek Bagus dan Tidak Bagus

Jadi akhir-akhir ini sering banget menggunakan jasa Gojek. Terutama dalam hal antar jemput barang dan membeli makanan. Nah, suka bahagia kalau si driver tanpa banyak nanya, tiba-tiba sampe ke tujuan/ke tempat saya. Kalau mesen makanan gak banyak nanya, tapi pesanan nya benar. Suka sebel kalau banyak nelepon, tapi untuk alasan-alasan ini:

  1. Gatau tempat, padahal saya sudah bersusah payah di bagian mapnya nentuin titik bener-bener tepat si tujuannya.
  2. Nanya lagi mesen apa. Padahal list yang saya buat dah detil dan jelas. Sebelnya lagi kalau udah ditelp dan nanya, eh masih salah juga. Pernah kasusnya nanya mesen apa, ditulis gak make nasi, ditelp lagi saya bilang bebeknya aja, eh pake nasi juga. Jadi mahal deh.

Terus sempet mikir, jangan-jangan mas-mas yang gayanya suka keren emang lebih pinter urusan nyari tempat dan mengerti pesanan makanan. Kenapa? Soalnya yang biasanya melakukan dua poin di atas, bapak-bapak agak tua dan biasanya nelpon pertamanya aja udah keliatan dari jenis pertanyaannya.

Kalau saya bisa deteksi gelagat driver dari awal dia nelp, jahat gak yah kalau dari gaya nanyanya aja udah gak asik saya cancel pesanannya?