Ayah dan Khaleed

Hal yang paling membahagiakan saat akhir pekan adalah melihat Khaleed dan Ayah yang seru banget kalau udah bermain berdua. Saya bersyukur mengawali rumah tangga berdua di negeri orang bersama suami. Kami benar-benar mengerti pentingnya pembagian peran dalam menjalankan rumah tangga. Dan itu terbawa sampai sekarang. Kami bersepakat bahwa pengasuhan anak adalah tugas kami berdua. Beberapa pekerjaan rumah kami bagi berdua. Dan jika pekerjaan rumah siapa saja sedang banyak, maka giliran saya atau suami yang merawat Khaleed.

Setiap akhir pekan, kami memulai dengan ibadah dan dilanjutkan dengan sarapan. Setelah sarapan, saya selalu sibuk membersihkan rumah dan jadi time keeper buat kegiatan kita di akhir pekan. Untuk urusan yang di luar seperti memotong rumput, membersihkan mobil, angkat jemuran ke luar, itu urusan Ayah. Nah, dari pembagian kerja yang kami sepakati, memang tugas ayah lebih banyak waktu luang dan lebih seru untuk Khaleed ikut membantu Ayah. Akhirnya setiap akhir minggu memang seolah-olah adalah waktu Ayah dan Khaleed.

Saat saya membersihkan rumah, Ayah berkewajiban mengalihkan Khaleed ke luar rumah. Tentunya supaya rumah yang sedang dibersihkan tidak dikotorin lagi sama Khaleed. Biasanya mereka memilih mencuci mobil. Khaleed mencuci sepeda atau sekedar bermain air di halaman. Dari rumah, terdengar mereka seru sekali berdua. Kalau terasa sudah hampir beres, saya mulai memasak air. Karena Khaleed pasti basah kuyup kalau sudah bermain air di depan. Setelah itu, Khaleed mandi dengan Ayah. Itu juga kesepakatan kami. Untuk urusan toilet dan mandi, dilakukan oleh orang tua sejenis.

Mandi dengan Ayah itu berbeda dengan Bunda. Yang selalu ingin cepat-cepat dan kurang suka kalau mainan banyak masuk ke kamar mandi. Alhasil kalau sama Bunda mandi itu cepat dan gak boleh banyak mainnya. Sedangkan kalau sama Ayah, duh, ampun, berasa masuk ke wahana permainan baru.

Ayah juga selalu memikirkan dan mendownload film yang cocok untuk Khaleed tonton di akhir pekan. Biasanya kami menonton sebelum maghrib. Setelah maghrib, Ayah mulai mengajak Khaleed mengaji. Kalau untuk urusan mengaji ini emang kayaknya Ayah belum nemuin cara seru ngajarin ngaji ke Khaleed. Kalau sama Bunda ngaji iqro, ngajinya make tab jadi Khaleed lebih semangat. Kalau sama Ayah hafalan. Biasanya Khaleed dengar saja sambil bermain mobil-mobilan.

Sebelum tidur di malam hari, Ayah akan mengajak Khaleed pipis dan sikat gigi. Lalu membereskan mainan. Nah, membereskan mainan ini seru. Kenapa? Karena Khaleed itu anaknya ceriwis. Semua dikomentarin. Dan komentar-komentarnya kalau lagi beresin mainan itu suka gemesin, belum lagi ditimpalin sama komentarnya ayah.

Nah, pas tidur, kami mengganti cara. Sebelumnya kami memisahkan Khaleed di kamar lain kalau ada Ayah. Tetapi semenjak saya hamil, saya jadi pengen tidur bertiga. Gak tahu kenapa, lebih nyaman saja kalau ada mereka berdua di kanan dan kiri saya. Saya adalah orang yang susah tidur. Jadi hampir dipastikan mereka berdua tidur duluan. Dan kalau lagi merhatiin mereka tidur, ya Allah, mirip banget. Gayanya, mangapnya, motahnya. I love you, Ayah and Khaleed!

Advertisement

Gak Mau Komen Di Facebook

Jadi kalau ngeliat timeline FB sekarang, lagi banyak orang yang nyinyir Jokowi soal pelemahan rupiah dan Ahok soal penggusuran Kampung Pulo. Sebenarnya saya jadi gak fokus merhatiin masalahnya. Malah lebih menarik melihat perilaku pengamatnya, baik yang nyinyir atau pun mendukung.

Apa yang unik yang saya temukan? Nah, ini yang mau saya ceritain. Jadi zaman SBY dulu, ada tokoh yang paling asyik dibully. Yaitu Habib Rizieq dan Menkominfo. Nah, orang-orang yang sekarang dukung Jokowi banyak banget nih yang dulu nyinyir Habib n Tifatul dengan sinis, sarkastik, dan lain-lain. Pokoknya hal sepele yang salah dari Habib n tifatul bisa jadi bahan nyinyiran asik. Dan parah juga sih kadang menurut saya nyinyirnya. Walaupun saya seringkali juga sepakat sama poinnya.

Di saat itu, kaum-kaum yang ngebela Habib n Om Tifa, juga tipe-tipe naif gitu. Yang bicaranya, lihat sisi positifnya lah. Ah elah, kecil itu mah, lihat karya lainnya yang lebih besar. Dan lain sebagainya. Intinya mah, gak suka kalau orang-orang lebay nyinyir Om Tifa dan Habib. Banyak kasus sebenarnya, bukan hanya Om Tifa dan Habib, tapi ini saya ambil 2 contoh yang paling hits aja.

Nah, keadaan berbalik. Saat ini idola mereka yang dulu suka nyinyir Om Tifa dan Habib jadi pejabat. Jadi pemimpin. Jokowi dan Ahok. Yah, namanya mimpin sesuatu kan emang gak gampang yah. Terus juga pasti ada kurang lebihnya. Nah, tim dulu yang gak suka dinyinyirin tokohnya, eh malah balik nyinyir Jokowi dan Ahok juga. Mungkin saatnya kali yah.

Uniknya lagi, yang belain Jokowi Ahok juga tiba-tiba jadi naif dan gak sekritis dulu pas nyinyir Om Tifa dan Habib. Dengan alasan, yah baru juga setahun. Itu bukan salah Jokowi, semua juga melemah. Bahkan ada yang ngomentarin nyinyiran orang lain dengan naif, kok bisanya ngritik mulu, belum rasain mimpin negara dll.

Gw? Gw cuman bisa ketawa. :)) Kehidupan ini seperti roda yang berputar. Jangan benci sesuatu secara berlebihan, suka juga jangan berlebihan.

Proud Bunda

Ada hal-hal yang luar biasa dari Khaleed setelah mulai menjadi anak sekolah di Pre-K Darul Hikam. Sebenarnya sebelum sekolah, saya berusaha mendidik Khaleed sebagai manusia yang mandiri. Namun sekolah ternyata cukup membantu saya lebih mudah mengajarkan Khaleed kemandirian.

Ada motivasi, ada semangat dari Khaleed untuk datang ke sekolah dan menjadi pribadi lebih baik. Di awal mau sekolah, Saya menjelaskan, bahwa di sekolah nanti Khaleed akan bermain banyak. Gak kayak di rumah atau di Daycare, mainan di sekolah lebih banyak. Bu Guru juga akan mengajak Khaleed bernyanyi dan belajar berdoa yang mungkin baru buat Khaleed. Pertanyaan lucu dari Khaleed setelah saya menjelaskan banyak hal tentang sekolah adalah, “Nanti di TK ada kasur gak Bunda? Buat bobo kalau Khaleed ngantuk.”

Semangat masuk sekolah itu dibuktikan dengan hari-hari sebelum sekolah. Khaleed lebih semangat bangun pagi, mandi dan sarapan. Biasanya suka rada keluar nih urat kalau ngajakin Khaleed pagi-pagi, terutama mandi dan sarapan. Karena sambilannya banyak banget. Masuk sekolah, berbekal pengertian sebelumnya juga berhasil menghilangkan drama “hari pertama sekolah”. Alhamdulillah.

Nah, setelah sekian minggu sekolah, saya dibekali buku iqro. Iseng-iseng saya bacain ke Khaleed. Eh, dia ternyata semangat. Dan karena bacanya di tab, jadi lebih semangat lagi. Kagetnya saya lainnya adalah Khaleed mulai mahir makan dan memakai sepatu sendiri. Belakangan ini malah bisa makai kaos kaki sendiri. Kalau habis bermain juga tidak perlu waktu lama untuk segera membereskannya. Sesudah makan mau menaruh di tempat cuci piring.

Saya kemudian merasa bangga bercampur haru karena ternyata bayiku ini udah bukan bayi lagi. Sepertinya dia memang sudah disiapkan oleh Allah mau jadi mas-mas buat adik-adiknya. 🙂

Di sisi lain, karena dia semakin besar, dan otaknya juga semakin kaya, ada sedikit perbedaan ketika keinginan kami berdua berbenturan. Kalau dulu yang dilakukannya adalah teriak atau mungkin menangis, sekarang sudah mulai bisa bernegosiasi. Mampu mengungkapkan alasan, bukti dan aneka pendukung keinginannya. Seperti pagi ini, dia berdebat bahwa membawa mainan ke sekolah itu tidak apa-apa. Yang penting kalau ada teman mau pinjam dipinjamin. Lagi pula teman-teman dia ada yang membawa mainan juga.

Namun, akhirnya saya berhasil mengarahkan untuk tidak membawa mainan ke sekolah. Tetapi ditaroh di tas daycare nya saja. Dengan penjelasan, gak semua yang teman Khaleed lakukan itu benar. Gak semua harus diikutin. Kan kata Bu Guru gak boleh bawa mainan. Jadi Khaleed taroh aja ya mainannya di tas daycare. And… Done! 🙂 I am a proud Bunda.

Setelah 3 Bulan

Hari ini mulai berusaha untuk fokus kembali ke riset. Setelah kurang lebih 3 bulan lamanya riset terbengkalai. Gak terlalu diseriusin maksudnya. Ternyata mulai lagi teh gak segampang yang dibayangin. Perlu nyusun strategi lagi. Perlu buka-buka lagi kemarin sampe mana. Perlu reorientasi lagi target-target riset.

Dan belum apa-apa, problem saliva ini membuat rasa mulut menjadi kurang nyaman. Mari kita cari energi dengan membasuh muka dan anggota badan lain dengan berwudhu, shalat dan belajar Al-Quran. Semoga dapet semangat baru. Energi baru untuk menghadapi tantangan riset.

Bismillah.

Allohumma yassir wa laa tuassir.