Anak Ayah

“Bunda sini Bunda dicium dulu sama Khaleed, nanti Khaleed soalnya boleh nonton Baymax abis cium Bunda.”

“Bunda sini dipeluk dulu sama Khaleed, Bunda nanti ambilin Khaleed plastik kuning (coklat chacha).”

Aduh, ini kenapa anak saya jadi gini? Ini mah anak Ayah gayanya begini mah? Suka modus…

Advertisement

Survey Paper

Alhamdulillaahirrabbil aalamiin. Akhirnya tugas survey paper beres juga. Senang deh dikasih tugas berat ini. Banyak pelajaran yang diambil. Walaupun sisi menyedihkannya juga ada. Lantai gak disapu dan dipel 2 hari. 2 hari melewatkan kegiatan keluarga yang seru-seru. Makan jadi beli terus da jadi males masak. Dan kasian ngeliat suami dan anak yang ala kadarnya diservice di akhir minggu. 😀 Makasih atas pengertiannya yah Ayah dan Khaleed.

Kadang suka penasaran, kenapa sih Ayah kok dukung banget Bunda buat S3? Selalu jawabannya, karena kayaknya passion Bunda disitu dan itu cita-cita Bunda. :’)

Jadi kemarin dikasih tugas untuk buat survey paper. Dan kebetulan pembimbing baru saja mengubah arah riset saya dua minggu yang lalu. Jadi belum banyak paper yang sudah dibaca. Dari sedikit paper yang dibaca (baca: 13 paper) dan metode bacanya baru skimming dan catet poin-poin menariknya aja, akhirnya menulis survey paper ini menjadi sangat stuck.

Seminggu pertama habis untuk membaca paper. Karena menurut saya menulis itu gampang ketika kita sudah punya knowledge yang cukup tentang apa yang mau kita tulis. Nah, ketika belum baca ya stuck. Jadi gak salah meluangkan banyak waktu dulu untuk membaca.

Sampai akhir deadline tinggal 3 hari lagi, baru saya mulai menulis. Dan ternyata, oops! Masih gak cukup bacanya. Dibaca lagi lah paper yang sudah dibaca itu. Dipahami betul. Bedanya apa satu sama yang lain. Apa poin-poin yang mencerahkan yang bisa memperkaya tulisan saya. Dibuat struktur kasarnya. Dirapihkan referensi setiap pendapat. Dan yup! Jadi introduction dan abstract. Saya merasa puas dengan dua section ini.

Pas menulis body nya malah yang pusing tujuh keliling. Apalagi dengan waktu yang terbatas. Akhirnya mau gak mau stop lagi nulisnya. Baca lagi paper-paper yang propose hal-hal penting dan pionir. Amazingnya ternyata pembimbing saya kayaknya nih pionirnya di bidang survey paper yang saya tulis.

Kelelahan dan kejenuhan akhirnya menghampiri. Keseriusan mengerjakan body tidak seserius saat mengerjakan abstract dan introduction. Akhirnya ya, copas sini, gambar juga. Langsung taro-taro aja. Duh, gak bener ini. Mikirnya nanti aja deh kalau ada waktu digambare ulang dan cari kalimat yang agak beda. Dan agak gak puas sama proses body of papernya.

Terakhir, bikin spesial issue, kesimpulan dan peluang penelitian. Pas bikin spesial issues, dah dapet poin-poinnya. Tapi gak bisa menjabarkannya dengan baik. Pas buat kesimpulan bolehlah agak puas. Pas bikin future works juga poin-poin aja jadinya.

Sampai senin pagi jam 3 baru beres. Dan baru bisa tidur jam 3 itu. Badan remuk. Tapi saya belajar banyak sekali. Membaca itu penting. Dan harus bisa bedain mana bacaan yang cukup dengan skimming atau analitis. Semakin dapet motivasi riset ke depan setelah membuat survey paper yang jauh dari sempurna ini. Semakin jelas aja rasanya. Walaupun saya yakin, untuk mengembangkan hal baru perlu perjuangan lebih lagi.

Tapi, jujur, saya sangat menikmati kuliah S3 ini. Suami yang sangat pengertian. Anak yang gak rewel dan ceria mampu diajak berkomunikasi dengan baik, membuat saya semakin semangat untuk do the best di riset S3 ini. Ayo Adinda! You already have all you need to be successful in your research! Ganbatte!

Inget! You cannot fail if you don’t give up!

Baymax

Lagi. Cerita sedikit tentang Baymax. Hehe.

Saya punya kegiatan rutin setiap hari Jumat pagi, yaitu seminar mingguan. Disitu saya melihat berbagai riset yang sedang dikerjakan mahasiswa S3 STEI angkatan 2013 dan 2014. Terus kenapa?

Terus disana saya merasa bahwa si Baymax itu ternyata menyatukan banyak teknologi yang sedang diteliti orang-orang saat ini. Tetapi versi berhasilnya dan dah kerennya. Teknologi apa saja?

Banyak sepertinya. Tapi saya list yang menurut saya menarik aja yah. Sebelumnya saya meminta maaf kalau penyebutan teknologi ini salah. Saya hanya menyebutkan yang saya tangkap dari presentasi teman-teman saya itu.

  • Image Processing

Jadi untuk baymax membedakan manusia satu dan manusia lain. Benda satu dengan benda lain. Ternyata gak mudah ya. Melihat teman saya riset untuk membedakan jenis-jenis apel aja ribetnya begitu. Gak kebayang ini si Baymax bisa tahu si ini Hiro, ini Tadashi, ini temannya siapa and so on and so on.

  • Knowledge Management

Baymax bisa belajar dari pengalaman. Artinya dia punya otak yang bisa berkembang. Dan kalau otak pemberian Tuhan mah, yaudah yah kita gak ngerti pun kita bisa pake. Nah si Baymax ini punya sistem otak. Dimana knowledge nya bisa bertambah dan berkembang, itu kan harus dicoding. Harus paham neuroscience gimana otak bekerja saat menerima informasi. Gimana ngesavenya? Dimana ngesavenya? Gimana manggilnya lagi? Wow! Keren nih si Baymax.

  • Material

Bahan robot yang unik. Jadi si bahan putih-putih itu kan sepertinya kuat yah. Tapi lentur juga. Ah, keren. Walaupun saya gak ngerti material, tapi saya rasa ini teknologinya keren abis.

Semakin sok aja deh kalau Khaleed mau nonton ini berulang-ulang. Kali aja jadi imaginasi dia suatu saat nanti. Terus tiba-tiba doi punya bengkel oprek pengen bikin robot ini atau itu. Haha. Ngayal ya Bun. Gapapa lah. Semua diawali dengan mimpi. Tapi serius mas, kalau mau jadi ahli hukum juga gapapa kok. Bunda hanya bisa mengenalkan menariknya dunia teknik elektro dan informatika aja lewat film ini. Hehe. Sudahlah kicauan pagi ini tentang Baymax. Baymax is way too cool!

Bagaimana Kita Bereaksi itu Sangat Penting

Hidup itu sebenarnya banyakan suksesnya atau gagalnya sih? Perasaan saya sih kebanyakan gagal daripada sukses. Ada yang salah? Sepertinya tidak yah. Menurut saya gagal itu adalah proses belajar. Bahkan malu karena gagal juga itu bisa jadi satu pelajaran penting. Motivasi untuk bisa lebih baik lagi ke depan dalam usaha yang sama.

Situasi gagal itu tidak mengenakkan. Dan dalam hidup hampir sebagian besar lingkungan sulit sekali kita kendalikan. Tidak selalu sesuai harapan. Tidak selalu nyaman. Kita tidak bisa memilih bagaimana lingkungan harus mentreat kita dengan baik. Bahkan ketika kita memilih tempat belajar, tempat tinggal, memilih teman dll dalam hidup, sebenarnya kita berusaha mengontrol lingkungan yang akan kita jalani. Tapi tetap, kita tidak bisa mengontrol sebenarnya. Itu adalah bentuk usaha yang mungkin keberhasilannya tidak sampai 50%.

Lantas bagaimana kita dapat mengontrol lingkungan kita? Ya tidak bisa. Kita tidak bisa mengontrol orang berbuat apa. Mempengaruhi bisa. Tetapi tidak mungkin kita menjadi 100% pengaruh bagi orang tersebut. Satu-satunya yang dapat kita kendalikan ya diri kita.

Lingkungan boleh menyebut anda gagal. Anda salah. Anda belum berhasil. Anda bodoh. Atau jangan yang sedih-sedih gitu deh. Bisa jadi lingkungan menyanjung anda. Mengatakan kita pintar. Kita cerdas. Kita cantik/ganteng. Kita kaya. Dan lain sebagainya. Sepenting apa pengaruh lingkungan terhadap kualitas diri kita yang mengatakan kita seperti yang disebut di atas? Tidak terlalu penting. Tapi ada yang lebih penting daripada apa yang lingkungan kita lakukan pada kita. Yaitu bagaimana kita bereaksi terhadap lingkungan tersebut. Membangun kualitas diri menurut saya adalah memperbaiki terus cara kita bereaksi terhadap masalah yang kita hadapi.

Kenapa Khaleed Bertanya

Ada satu pertanyaan yang awalnya saya merasa itu lucu. Lucu karena keluar dari mulut kecilnya. Padahal sebenarnya isinya membuat saya bingung setelah dipikir-pikir. Bingung karena saya malah jadi bertanya, kenapa bertanya seperti itu?

Pertanyaan apa sih Nda? To the point aja nulisnya. Hehe.

Jadi waktu kami sedang bersama-sama menonton Robot Gendut (lagi), tiba-tiba Khaleed bertanya, “Bunda, Bunda bangga gak sama Khaleed?”

“Iya dong mas. Mas Khaleed kan anak pintar, soleh dan baik sikapnya dengan orang-orang. Bunda bangga banget sama Khaleed.”

Ayahnya yang melihat hanya tersenyum seolah mengiyakan jawaban saya. Tapi ya itu, kok yo nanya kayak gitu mas? Apa yang ada dalam pikiranmu? 😀

Apa Bunda keseringan marah-marah? Apa Khaleed beneran pengen tau? Apa Khaleed iseng?

Ah, Khaleed, Bunda jadi kepikiran terus nih. :’) Tapi, honestly, I am proud of you, Khaleed. Really proud of you. Semoga ke depannya Mas Khaleed semakin pintar, soleh dan baik sikapnya ke semua orang. Dan saat itu Bunda semakin bangga sama Mas Khaleed.

Bola: Pekerjaan Ayah (?)

Pagi ini saya tersenyum di kelas seminar mingguan. Kenapa? Karena suami baru laporan bahwa dia baru saja mandi karena selesai tanding futsal dan kalah. Jadi runner up ceritanya.

In my mind, “Oh, He is still anas who had broken leg caused by a futsal competition. But the difference is he is now with a son and a wife.”

Rasanya cerita jaman kuliah ya tanding bola, tanding futsal. Di Korea? Ya main futsal sama teman-teman Korea, main bola sama teman-teman Indonesia di Korea. Di pekerjaan sebelumnya pun ikut kompetisi di perusahaan. Dan sekarang pun begitu.

It’s a good habbit, Ayah. Keep it up! Hehe.

Mungkin dengan rajin berfutsal ria, Ayah menjadi semakin sehat dan badannya OK. Terus gara-gara main futsal Bunda kok malah mikir, wah suami ku ini nanti tuanya ganteng dan macho kayak om Liam Nesson. Nah, yang terakhir ini sepertinya udah ngelantur jauh. Mari kita sudahi saja tulisan ini.

But, last, I love you Ayah…

2 Hari Bersamamu

Tepat 1 minggu yang lalu, saya sakit. 2 hari sebelumnya badan terasa lemas sekali. Mau ngapa-ngapain gak ada tenaga. Alhasil cuman bisa duduk sambil ngetik-ngetik tugas. Sampai akhirnya saya merasa Kamis pagi itu dingin sekali. Padahal matahari begitu cerah. Mencoba untuk bekerja tetapi kepala sakit dan posisi badan seperti apapun rasanya tidak enak. Akhirnya memutuskan untuk ke dokter. Padahal biasanya jarang ke dokter.

Kenapa? Karena besoknya presentasi dan hari ini ada kuliah. Kalau benar saya sakit, maka saya harus nunjukin surat. Jadi ke BMG lah saya. Dan ternyata saya demam cukup tinggi dan radang tenggorokan. Terpaksa pulang dan beristirahat di rumah.

Di rumah terasa lemas sekali dan kepala pusing. Rasanya gak kuat ngapa-ngapain. Suhu sekitarpun berasa dingin. Sempat bingung mau istirahat sendiri dan Khaleed di daycare atau bersama Khaleed pulang. Akhirnya memutuskan untuk bersama dengan Khaleed.

Alhamdulillah. Khaleed berbeda. Dia sangat mandiri setelah diberitahu kalau Bundanya sakit. Mengambil susu sendiri. Menyalakan dan mematikan lampu sendiri. Bahkan pipis sendiri. Ketika ada keinginannya kepada sesuatu pun tidak memaksa.

Oh, my baby boy. You grow up so fast. 😀

Kadang Bunda merasa lelah memenuhi semua kebutuhanmu. Dan merasa, kapan kamu akan mandiri? Tapi sepertinya Bunda salah. Sepertinya Bunda sangat bahagia memenuhi kebutuhanmu. Karena Bunda ingin selalu bersama sama Khaleed. I am happy with you, my Shaleh Boy.

Ngeles Versi Memakai Kacamata

“Mas, sudah ya nonton dan main HP nya. Nanti kalau Khaleed terlalu banyak main HP, syaraf-syaraf di tangan Khaleed bisa sakit.”

*krik krik krik. ngomong apa sih bun*

“Kalau Khaleed kebanyakan nonton dan main HP, nanti matanya rusak. Bisa pake kacamata kayak Bunda.”

“Gapapa Bun, pake kacamata aja kayak Bunda gapapa.”

“Gak enak loh mas kalau make kacamata. Nanti pas olah raga kacamatanya goyang-goyang. Jadi harus dilepas. Kalau dilepas nanti pas main bola Khaleed gabisa liat bola nanti gabisa bikin gol.”

“Gapapa Bunda, main bolanya make kacamata aja.”

“Terus mas, kalau make kacamata, kan berarti kita harus beli kacamatanya. Kacamata itu mahal mas.”

“Gausah beli Bunda. Khaleed pake kacamata Bunda aja.”

Please try again Bunda. Belajar lagi yak!

Robot Gendut

“Bunda, Khaleed mau nonton robot gendut.”
“Bunda… Bunda cerita robot gendut dong…”
“Bunda, Khaleed nanti mau punya robot gendut yah.”

Yups, sejak ayahnya membawakan film Big Hero Six ke rumah, Khaleed sangat antusias sekali dengan robot lucu dan baik hati ini. Setelah beberapa kali menonton filmnya, saya merasa bagus sih ini filmnya. Dan alhamdulillahnya Khaleed juga suka.

Cuman ya namanya anak-anak kalau gak dikendaliin, ya pengennya nonton terus. Lupa deh sama mainan baloknya, mainan binatang-binatangnya. Sebelum terlalu bablas, kayaknya harus dikendalikan nih nonton Robot Gendutnya.

Oia, ngomong-ngomong soal Robot Gendutnya Khaleed, Bunda aja deh yang jadi Robot Gendutnya Khaleed.

“Hello, I am Bunda. I am your personal healthcare companion. On a scale from 1 to 10, how do you rate your pain?” 🙂

I love you, Khaleed.