Melokalisir Masalah

Sepertinya ini adalah hal yang cukup sulit di dunia ini dan mungkin menjangkiti hampir semua orang di dunia. Bisakah kita melihat orang yang mencuri adalah bahwa mencuri itu salah. Kemudian kita harus dukung hukum untuk memprosesnya dengan adil. Yang bersangkutan dihukum, maka masalah selesai.

Tanpa harus kita kepo bagaimana keluarganya. Apa kesukaan dia. Kemudian menyangkut pautkan semuanya dalam pikiran kita dan memunculkan praduga baru. Menyebarkan ke banyak orang. Dan merasa ada kenikmatan tersendiri ketika orang lain ikut concernhal yang sama dengan kita. Padahal apa yang menjadi concern itu baru “katanya” dan tidak terlalu penting juga.

Tetapi muncul keresahan dari diri kita karena memikirkanya. Kegakenakan sama orang lain karena sempat memperdebatkannya. Ah, terlalu kemana-mana rasanya.

Yuk, belajar melokalisir problem. Biar masalahnya jelas. Sehingga penyelesaiannya pun tepat.

Advertisement

Bisa Gak Ya Bilang Gini ke Anak?

“Nak, kejarlah cita-citamu!”

Hihi. Sepertinya kata-kata tersebut indah. Tapi bagaimana jika suatu saat Khaleed bilang ke saya pas masuk SMA, “Bun, Khaleed mau ambil kuliah fotografi di negara XXX. Khaleed mau jadi fotografer national geographic.” atau mungkin, “Bun, Khaleed mau ambil jurusan drama. Khaleed mau jadi pemeran drama musikal yang terkenal di seluruh dunia dan bikin pagelaran-pagelaran drama yang keren.”

Apakah saya akan menjawab, “Sip Khaleed. Kejarlah cita-citamu.” (?)

Hihi. Sepertinya gak akan mudah yah. Tapi idealnya, saya percaya harusnya yang dilakukan saya adalah mematangkan perkembangan Khaleed sehingga dia akan selalu berusaha mempertanggungjawabkan apa yang dia pilih. Bekerja keras. Dan tetap berfikiran terbuka sehingga bisa ngobrol asyik walaupun kami berbeda dunia yang digeluti.

Tapi pertanyaan saya ke diri saya, akan kah itu semudah yang saya pikirkan? Sepertinya tidak, tapi juga, sepertinya saya harus latihan. 🙂 Seperti halnya saya dan Ummi, kami pernah menghadapi pilihan-pilihan yang mungkin tidak kami sukai bersama-sama. Tetapi Ummi bisa memahami dan mendukung saya bekerja keras dan bertanggung jawab akan pilihan saya. Dulu saya pikir itu pekerjaan sederhana. Saya lupa kalau Ummi juga punya preferensi.

Kasus sederhana terjadi saat saya memberikan wall sticker dari hadiah berbelanja. Bergambar pesawat dan awan. Lalu, karena Khaleed semangat mendapatkan hadiah itu, Khaleed ingin menempelkan sticker-sticker itu sendiri. Hmmmm. Pertama kali nempel, pesawatnya terbalik dan terlipat. Hmmm. Gatel pengen benerin. Tapi gimana dia harus belajar merealisasikan idenya, apa yang ada dipikirannya. Bersabar menunggu Khaleed dan mengarahkannya dengan cara yang halus, dan taraaaaaaaaaaaaa. Bagus juga lumayan hasilnya. Apalagi ada kebanggaan di diri Khaleed dengan menempel stickernya sendiri, “Bunda, Khaleed tempel-temepel sendiri…” ^^

Setiap waktu nganggur di kamar Khaleed duduk di hadapan wall stickernya. Dan kalau ditanya, “Mas, lagi ngapain?” “Lagi liatin pesawat Bun.” 🙂 He loves his work.

Belajar sedikit-sedikit ya Bunda. Menghargai pilihan anak. Semoga ntar-ntar pas udah gede gak perlu tarik-tarikan urat.

BBM Naik Versi Supir Angkot

Hari ini mencoba pengalaman baru ngangkot dari Padasuka ke Kampus. Ojek turun naik 2000. Dan kagetnya angkot sekarang 6000. Wew. Tapi mari kita dengarkan curhatan supir angkot dengan temannya.

“Sepi mang.”

“Biasa mun BBM naik langsung kieu.”

“Naraik motor jigana.”

“Nya heueuh lah. Mun dipikir-pikir, mending keneh naik motor.”

“Kumaha nya nasib angkot. Kamari jurusan X-Y ngajual angkotna dua. Isuk-isuk moal aya angkot deui.”

“Can deui aya bis monyet gajah (padahal mah bis badak) na Ridwan Kamil. Geus we barudak sakola mending keneh naek eta timbang angkot.”

Emang sih dari perjalanan sejauh Padasuka-ITB, hanya ada 3 penumpang yang naik. Sepi banget. Tapi saya gak tahu biasanya serame apa, soalnya ini baru pertama kali.

Tapi ini serius. Kalau BBM sudah naik. Dan negara beneran punya anggaran besar lain. Please Pak Jokowi, buat program cepat untuk perbaiki kualitas pelayanan transportasi umum. Saya yakin, ketika harga walaupun lebih mahal dikit dari momotoran, kalau transportasi umum nyaman, saya lebih memilih transportasi umum.

Yang bikin saya gak nyaman dengan transportasi umum adalah, duduk tidak nyaman, panas, ngetem, harga tergantung si supir alias gak fix dan cara bayar yang masih kurang nyaman.

Terimakasih Bapak Ibu Guru

Sebagai murid saya mungkin gak baik-baik amat. Kadang saya bikin guru kesel karena baju dikeluarin. Suka keluar-masuk lagi pelajaran. Untuk beberapa pelajaran saya lupa mengerjakan PR (karena gabisa biasanya, udah gitu gak usaha), tertidur, gak belajar pas ulangan, nyontek PR dan segala kemalasan lainnya. Kadang saya juga ngomongin guru-guru yang dianggap menyebalkan sama teman-teman. Bahkan kadang kala sampe diejek-ejek di belakang. Maafin saya ya Bapak dan Ibu Guru.

Pagi ini saya baru menyadari. Ada hal yang membuat saya terharu melihat perjuangan orang-orang dalam hidup saya selain orang tua, yaitu guru. Entah kenapa melihat video tentang guru yang sabar dan mengajar anak-anak SMA selama puluhan tahun dan masih ingat sama muridnya itu sesuatu yang sungguh mengharukan buat saya.

Apalagi jaman saya dulu profesi guru belum dihargai oleh Pemerintah. Gaji masih kecil. Tak jarang saya merasa terinspirasi oleh guru-guru. Guru sering memotivasi kami sebagai muridnya. Kata-katanya menciptakan harapan dan cita-cita buat kami. Yang kadang bikin terharu, ketika saat ini saya sudah merasakan pendidikan tinggi dan juga pendidikan di luar negeri, guru-guru masih saja berkutat dengan pengajaran, murid-murid dan kelas. Bahkan tak jarang ada yang kondisi nya memperihatinkan.

Rasanya ingin membuat mereka sedikit bahagia. Apa yang bisa saya lakukan? *Saya mau berfikir dulu*

Yang jelas, selamat hari guru. Semoga guru-guru di Indonesia semakin dimuliakan oleh Pemerintah dan juga warga negaranya. Tanpamu guru, apa jadinya aku.

Pagiku cerahku
matahari bersinar…
ku gendong tas merahku
di pundak…

Slamat pagi semua
ku nantikan dirimu
di depan kelasku menantikan kami..

Reff :
Guruku tersayang
guru tercinta tanpamu apa jadinya aku…
Tak bisa baca tulis, mengerti banyak hal..
guruku terima kasihku…

Nakalnya diriku kadang buatmu marah…
namun segala maaf kau berikan..

Slamat pagi semua
ku nantikan dirimu
di depan kelasku menantikan kami..

Reff::
Guruku tersayang …
guru tercinta tanpamu apa jadinya aku…
tak bisa baca tulis mengerti banyak hal…
guruku terima kasihku…

Nyatanya diriku kadang buatmu marah…
namun segala maaf kau berikan..

Khaleed Mau Berenang, Tetapi Buruh Demo

Sejak kemarin kami sudah berbicara soal rencana kami akan berenang di Lippo Cikarang. Karena bertepatan dengan berakhirnya masa kerja Ayah di Samsung. Jadi sekalian jemput Ayah, sekalian berenang juga.

Seperti biasa, jika ada rencana kegiatan yang berbeda dari biasa, saya sounding terus ke Khaleed. Sekalian Khaleed pun diajak menyiapkan perlengkapan berenang bersama-sama. Alhamdulillah sekarang Khaleed sudah semakin pintar mengikuti arahan.

Namun sedih sekali rasanya mendengar kabar pagi ini dari sebuah grup WA. Buruh tuntut kenaikan upah dengan cara turun ke jalan dan menutup jalan tol Cipularang. Yang mana itu adalah jalan tol yang menyambungkan Bandung dan Cikarang. Tutup, ya tutup. Kebayang kan antrian mobilnya seperti apa jika jalan tol ditutup.

Oh, Indonesiaku. Kayaknya setiap tahun ya seperti ini. T_T Semoga buruh-buruh itu nasibnya semakin baik, pengusaha pun begitu. Bingung mesti belain yang mana. Emang gak ada jalan tengah yah? >_<

Doa Setelah BBM Naik

Jadi yah BBM naik. Premium dari 6.500 ke 8.500. Solar dari 5.500 ke 7.500. Senang? Jujur, senang. Karena saya punya harapan. Saya tidak mengabaikan bahwa pasti ada rakyat yang semakin sulit hidupnya. Saya hanya dapat mendoakan supaya pemerintah benar-benar memenuhi janjinya untuk memperbaiki infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan pastinya murah untuk rakyat kecil. Kalau bisa bahkan gratis.

Saya tahu mungkin jatah jajan saya akan berkurang, begitu juga Khaleed. Tapi saya percaya apa yang kami miliki saat ini semuanya cukup. Dan akan cukup. Perlu berhemat tetapi pasti cukup. Saya akan sangat bahagia dengan berhemat ini, saya yakin ada orang-orang di luar sana yang menjadi lebih beruntung dan lebih baik nasibnya dengan kebijakan pemerintah. Asal pemerintah memenuhi janjinya.

Kalau mereka tidak memenuhi janjinya. Saya merasa seperti memberi makan orang kaya (pejabat) dengan penghematan yang saya usahakan. Saya tidak mau.

Doa saya setelah BBM naik, “Ya Allah berikanlah kekuatan untuk pemerintah Indonesia memenuhi janjinya menolong rakyat kecil setelah subsidi BBM dikurangi. Naikanlah gaji suami berkali-kali lipat kenaikan BBM. Dan jadikanlah kami hamba yang selalu merasa cukup atas rizkimu. Aamiiin.”

Bangkit Lagi

Kalau lihat cerita hidup ke belakang. Begitu banyak kegagalan, tapi juga banyak keberhasilan. Dan yang bisa merubah kegagalan menjadi keberhasilan adalah semangat untuk bangkit lagi. Melupakan lelah. Meniadakan sakit. Mengenyahkan kemalasan.

Sekarang tiba masa menghadapi riset sesungguhnya. Setelah selesai membaca-baca paper yang menurut saya adalah masa-masa yang indah, sekarang mulai melakukan sesuatu untuk memperbaiki riset-riset sebelumnya. Apa yang dapat dijadikan lebih baik?

Hufh! Secara ide sudah ada mau diapain. Tetapi pas mencoba dan gagal. Tiba-tiba jadi sakit perut, pusing, kedinginan, dan bawaannya malah pengen pulang dan tidur bermimpi yang indah. Heuheu.

Akhirnya memutuskan untuk mengurungkan niat itu. Dan keluar mencari angin segar. Meneguk secangkir kopi. Mencari kudapan manis.

Kembali ke lab ada perasaan yang lebih baik dari sebelumnya. Yaitu perasaan ketika ternyata saya berkali-kali gagal tuning PI untuk current controller yang sederhana. I feel stupid. But, hey! Jangan jadi anak manja! Coba lagi!

Sejak kapan usaha sejam dua jam bisa dibilang gagal dan cukup jadi alasan untuk menyerah? Sejak kapan? Ayo bangkit! Semangat! Kalau saya bersungguh-sungguh pasti akan bisa. Ingat apa yang dibilang Pak Richard di awal semester, “You can’t fail if you don’t give up!”

Terimakasih blog, atas kesempatan merefleksikan perasaanku hari ini.

Bismillah! Bangkit!!

Lega

Fiuh akhirnya beres juga presentasi mingguan STEI. Walaupun saya gak yakin apa yang saya presentasikan itu bagus apa nggak. Tapi lega rasanya. Sekarang bisa kembali ke riset sesungguhnya.

Menyiapkan paper dan file presentasi ternyata buat saya membutuhkan waktu hampir 2 minggu. Ya Allah… Lambat bener. Tapi gapapa. Itung-itung nambah pengalaman menulis dan presentasi.

Demikian laporan kelegaan hari ini. Semoga Allah kasih saya kekuatan untuk bisa menyelesaikan riset dengan sangat baik. Aamiiin.

Cukupkah Bunda untuk Khaleed?

Di tengah deadline paper dan presentasi Jumat ini, rasanya pikiran dan konsentrasi besar tercurahkan untuk itu. Sampai pada titik menggalau, sudah cukupkah perhatian dan pikiran saya sebagai seorang Bunda untuk Khaleed? Sampaikah sayang Bunda untuk Khaleed?

Saya tahu dan sadar belum cukup. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk mendidik dan mengasuh Khaleed sehingga dia bisa menjadi hambamu yang kuat, pintar dan soleh. Karena anak adalah harapan setiap orang tua, dimana doa-doanya kelak mengalir dan menolong kedua orang tuanya.