Tulisan yang pengenbanget dishare hari ini adalah pacaran. Dari kisah ini lah saya gak jadi males nyari bahasa koreanya suami dan menikah. π
Jadi, waktu pertama kali datang ke Korea Selatan, setahun yang lalu, saya pergi sendiri. Sempat tinggal di asrama sekamar sama teman Indonesia. Lalu pindah keluar, dan, tinggal sendiri di luar. Tinggal di luar berarti berteman dengan orang yang baru. Di antara mereka adalah penjaga toko deket rumah dan Β yang punya kos-kosan. Tinggal sendiri selama kurang lebih 7 bulan, cukup untuk menciptakan image kalau saya single dan masih kuliah di Chungbuk Dae.Β Sampai akhirnya saya menikah pada bulan Juli kemarin di Indonesia. Dan kembali bersama suami ke Korea Selatan.
Pertama kali datang rasanya sudah keliling. Memperkenalkan suami ke yang punya kos-kosan. Terus saya ajak belanja ke toko deket rumah. Dan jelasin dia suami saya. Tapi emang waktu pertama kali saya gak tau bahasa koreanya suami apa. Jadi menggunakan bahasa Inggris, Husband.
Waktu berjalan, dan kejadian-kejadian yang cape deh terjadi. Berkali-kali belanja sendiri ke toko, beli air atau cuman coklat-coklat gitu aja. Dan selalu ditanyain, “Kok gak sama pacarnya?” -_-
Lain lagi dengan yang punya rumah, perasaan dulu pernah nanya, di rumah ada siapa? Terus pernah ngurusin mesin cuci rusak, dan ketemu suami di rumah. Apalagi yah, kayaknya banyak moment ketemu. Tapi beberapa waktu lalu, nanya gini, “Adinda, kamu sekarang gak tinggal sendiri?”
“Gak, kenapa?”
“Jadi sekarang kamu tinggal dengan pacar kamu kan?”
“Zzzz… Bukan pacar, tapi husband”
Dan sepertinya sudah saatnya mencari dan menyebutkan dengan benar apa suami dalam bahasa Korea. Nampyeon. Bukan nampyeong. Dan berharap bukan mereka gak percaya kalau saya tinggal dengan “beneran suami” saya. π Tapi emang karena bahasa yang mereka tidak mengerti.
But, her readers, truly, Me and Anas fauzi are married. π