Menemukan Motivasi

Saya belum tahu. Apakah hal ini terjadi pda setiap manusia, atau hanya diri saya saja. Banyak hal luar biasa yang sebelumnya saya rasa saya tidak mungkin melakukan hal tersebut. Tetapi dalam suatu waktu, hal itu bisa terjadi.

Beberapa hal yang luar biasa itu:

  • Tidur sedikit (tidur sebelum pukul 12 dan disertai dengan bangun sangat shubuh)

Untuk keluarga atau teman yang sudah dekat dengan saya, pasti tahu kalau saya ini orangnya ‘kebluk’ banget. Penyakit susah tidur dan susah bangun sudah mendarah daging. Mungkin masuk ke sumsum tulang saking susahnya berubah. 😀

Tapi percayakah anda? Kalau esok hari saya ada jadwal siaran shubuh. Saya bisa tidur cepat dan bangun sangat pagi. *ah, paling juga bales dendam besok siang atau sorenya*. Big NO. Gak. Saya tetap menjalani hari seperti biasa. Segar. Semangat. Ruarr biasa.

Advertisement

Semua Mata Mengarah Kepadaku

Kalau ngeliat judulnya, pasti pernah denger. Hehe. Kayak iklan produk kecantikan di Indonesia. 🙂 Tapi bentar dulu. Kali ini bukan karena cantiknya diriku. Hag hag hag. Tapi karena anehnya diriku di Korea ini. Ganti lagi nama panggilnya jadi saya ah. 🙂

Jadi di Korea, khususnya summer atau musim panas. Orang-orang berkerudung macam saya ini termasuk unik. Mungkin mereka bingung, buset, ini orang lagi panas banget bukannya make celana pendek dan kaos oblong. Malah make tutup kepala sampe dada, baju lengan panjang. Celana panjang lagi (yaiyalah masa kerudungan make rok mini). 😛 Continue reading

Cita Rasa ke Makanan

Hal lain yang menarik untuk dibahas mengenai perantauan adalah makanan. Beda negara, tidak hanya sekedar berbeda bentuk dan warna olahan bahan makanan. Tapi juga cita rasa. Ya, mungkin Korea juga make mecin, bawang putih, cabe dll. Tapi komposisi (halah sok iye pisan) nya itu bergantung banget sama cita rasanya. Dan cita rasa saya ke makanan, banyak sekali terganggu.

Indikasi kecilnya adalah sebagai berikut. Jadi ceritanya, saya memiliki tempat favorit untuk makan Masakan Cina di Korea. Untuk saya, itu rasanya luarrr biasa. 🙂 Saya kadang rela nge skip waktu makan 2-3 kali untuk bisa makan disana. Hingga suatu hari adik dan adik sepupu saya datang ke Korea. Untuk menyambutnya dengan baik, saya ajak mereka ke rumah makan enak itu. Dan tahukah anda apa reaksi mereka? “Ah, teh, ini mah gak enak. Gak ada rasanya. Aneh. ” -_____-‘ Continue reading

Am I Like You, Mom?

Saat hidup di perantauan, saya mengurus semua keperluan saya sendiri. Dari mulai hal kecil sampai hal besar dalam hidup. Baru kerasa setelah liburan di Indonesia sebulan kemarin. Merasa bahwa di Indonesia gak terlalu banyak hal yang saya urus. Saya gak perlu bersihin rumah sendiri, nyuci piring, nyuci baju, nyetrika, mikirin mau masak apa hari ini, kemana-mana mudah naik motor atau mobil, kalau mau ngobrol kapan aja, tinggal cari teman yang lagi santai. Ah, mudah ternyata untuk hal2 yang saya sebutkan di atas.

Nah, walaupun saya tidak mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sederhana namun menyita pikiran tersebut, saya selalu memperhatikan bagaimana Ummi saya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Bagaimana cara dia membereskan rumah. Continue reading

Perasaan Baru (Cobain deh!) (:

Kayaknya tulisan saya bakal banyak ngomongin perasan nih. Biasalah namanya juga pengantin baru. 😛

Nah kali ini, saya ingin sedikit bercerita tentang beberapa rasa yang baru saya temukan paska menikah. Khusunya setelah tinggal di Korea.

Yang pertama, ketika tiba di Incheon. Biasanya rasanya ada banyak rindu di dada. Yang masih merasa belum ikhlas untuk memulai lagi pekerjaan di Korea. Aktivitas lab, kuliah, pertemanan, makanan dan lain-lain. Continue reading

Siaran Kagok

Ada beberapa perasaan lucu yang saya rasakan setelah menikah dan hidup di Korea. Salah satunya adalah perasaan selama siaran. Dimana sekarang, kalau saya siaran di Radio PPI Dunia, ada orang selain saya di kamar. Harusnya tidak ada yang berbeda. Toh ketika siaran biasanya saya membayangkan di bumi bagian mana ada pendengar yang membuat saya seolah sedang berbicara dengan mereka. Tetapi melihat wujudnya nyata dan berada dalam satu ruangan, lucu juga.

Lucunya seolah saya tidak menjadi diri saya sendiri. Banyak berfikir, kalau saya ngomong gini gitu, dia gimana yah perasaannya? Dan pertanyaan-pertanyaan lain. Well, anyway, kayaknya harus bisa, harus berusaha untuk menjadi diri sendiri dimana pun, kepada siapapun. Tapi bukan berarti seenaknya semaunya. Sebaliknya malah gimana harus melatih diri, supaya tetap bisa menghargai orang lain, tanpa harus menjadi orang lain. 🙂