Seperti Sendiri, Seperti Bersama

Pernah gak sih ngerasain kalau kita lagi punya banyak masalah. Dan gak ada satu orang pun yang mengerti kita? Kadang kalau lagi gitu, merasa sendiri banget. Dan semuanya jadi terasa semakin berat.

Tapi pernah juga gak ngerasain kalau kita lagi menjadi fokus banyak orang? Seolah semua orang di lingkungan kita bekerja atau berusaha memberikan sesuatu untuk membuat kita senang? Seolah keinginan kita dibantu oleh banyak orang sehingga akhirnya dengan ‘tampak’ mudah dapat terwujud?

Pernah nggak?

Advertisement

Terimakasih Atas Langit yang Jauh

Saya adalah tipe orang yang senang mengenal sesuatu yang baru. Walaupun terkadang di sisi lain, saya merasa gampang puas setelah mencoba yang baru itu hanya sekali. Dan sulit untuk menekuninya secara konsisten. Tapi biarlah itu menjadi tantangan hidup tersendiri bagi saya. Dan biarkan saya yang akan berjuang keras untuk mengurangi kemalasan itu. Karena di tulisan ini saya ingin berbagi. Menulis tentang langit. Yang tentunya masih ada kaitannya dengan prolog tadi. 🙂

Jadi, dengan bertemu orang yang baru, pekerjaan yang baru, lingkungan yang baru dan apapaun yang baru, saya mencari dimana letak kesenangannya. Dan baru sedikit yang saya temukan. Salah satunya adalah saya merasa saya punya kesempatan untuk belajar. Belajar dari teman baru. Dari kerjaan baru. Dari lingkungan baru.

Dan yang paling menguntungkan (muka setan), seringkali pembelajaran itu gratis. Dan sulit untuk digantikan dengan sesuatu yang sifatnya material. Semoga kata-kata saya ini bukan bohong. Dan bisa dipikir-pikir lagi bener atau nggaknya.

Kata ‘baru’ menurut saya bukan sekedar baru. Tetapi memiliki arti lebih dalam, yaitu ‘saya tidak pernah menduga sebelumnya bahwa hal tersebut penting’. Jadi baru disini bener-bener mencerahkan. Saya ternyata membutuhkan. Dan saya sebelumnya tidak tahu kalau hal tersebut penting. Rasanya luar biasa. 🙂 Continue reading