Setelah hampir menjalani 5 bulan di Korea ini. Rasanya makin hari bukannya makin menjaga kehalalan makanan. Malah semakin menurun. Karena berbagai kondisi dan situasi. Awalnya mengijinkan untuk memakan A. Kemudian B. Berikutnya C. π₯ Wallahualam halal atau gak. Yang pasti, di awal saya sangat berhati-hati sekali.
Baiklah, mungkin saya bisa bilang, namanya iman naik turun. Iya sih. Tapi ini sepertinya turun terus. Dan baru menyadari setelah melihat tagihan gas yang berangsur-angsur memurah. π Baru juga sebulan. Tapi sumpeh ini murah banget. Karena saya gak pernah masak lagi. Karena saya tidak takut Β lagi makan di luar. Saya tidak takut lagi kalau babi ada dimana-mana disini. Di ramen, di tempat masak di setiap rumah makan. Dimana-mana. >_<
Itu alasan pertama kenapa saya akhirnya memilih untuk tidak terlalu straight. Tapi lama-kelamaan saya mikir. Udah berapa banyak saya makan yang ‘mungkin’ tidak halal? Dah segunung kah? Dah berapa banyak darah yang mengalir dalam tubuh ini dari makanan yang haram? >.< Menyeramkan. Semalas itu kah diri saya menjaga kehalalan makanan saya? Hosh!
Musim dingin, gak enak, sekali-kali… Saya boleh punya seribu alasan. Tapi ketika mengingat bahwa saya pernah sanggup bertahan dengan makanan yang saya yakin itu halal. Ini sebuah kemunduran. π₯
Bismillah. Semoga terus bisa menjaga kehalalan maknaan saya dengan segala daya yang paling saya bisa. No excuse. Please… Give me strength ya Allah…
Semangat buat teman-teman lain yang juga sedang menjaga darah dan dagingnya dari hal-hal yang haram. Bisa kok pasti bisa. Gak akan mati. π Semangat!!