Saya di awal-awal tinggal di Korea sedikit bingung dengan kebiasaan masyarakat sini. Kenapa? Karena sulitnya saya menemukan tempat sampah. Saya awalnya berfikir, kalau negara bersih, harusnya tempat sampahnya banyak. Tapi ini saya mau ikut jadi bersih, kok malah nyari tempat sampah aja sulit.
Dan saya akhirnya ngeh. Kenapa tempat sampah disini sulit. Kenapanya tidak akan saya jawab langsung disini. Akan tetapi saya jelaskan gimana sih sistem sampah menyampah di Korea ini? π Saya pun baru tahu sejak mulai tinggal di luar. Karena di Asrama, saya tidak pusing dengan urusan sampah karena ada ajuhma yang setiap pagi mengurus sampah. Oia, penjelasan sistem sampah ini membuat saya mengerti juga, kenapa ajuhma di asrama saya selalu sibuk mendempet-dempetkan sampah. Padahal kan kalau mau gampang, tinggal masukin ke keresek dan buang saja.
Tapi rupanya begini. Sampah itu kan butuh diangkut yah. Dan di Korea ini, tidak akan diangkut sampah yang tidak dibungkus menggunakan plastik dimana plastiknya adalah plastik resmi dari pemerintahan kota tersebut. Atau barang-barang bekas yang tidak diberikan stiker tertentu yang juga dikeluarkan oleh pemerintah setempat. Jadi, kalau kita buang sampah saja tanpa menggunakan plastik atau stiker itu, sumpah, beneran dong sampah kita gak akan diangkut-angkut. Hehe. Saya telah mencobanya.
Terus peraturan tentang membagi sampah pun cukup disiplin. Terutama tentang sampah makanan dan non makanan. Kalau di rumah saya, sampah harus dibagi tiga. Botol kaca, sampah makanan yang lembut (tulang ayam gak termasuk) dan lain-lainnya yang bisa 3R-in (3R sila googling sendiri). Oia, ada lagi sampah barang bekas semisal kasur, TV, boneka danbarang barang lain yang sulit dikeresekin. ;)) Bahasanya makin lama makin aneh yah. π
Kalau sampah botol, saya kurang tahu ini gimana. Termasuk kardus juga. Jarang yang buang kardus. Biasanya disimpen. Di asrama saya, kardus-kardus, terutama yang besar, ada gudangnya sendiri untuk penyimpanan. Kalau sampah yang bisa di 3R-in, dibuang dengan dibungkus plastik yang dijelaskan di atas. Sedangkan sampah makanan pun juga sama. Ada plastik khusus, biasanya beda warna. Dan ada tempat sampah berstiker dan sering saya jumpai berwarna merah dengan ukuran kecil. Jadi tempat sampah berstiker itu diberi plastik sampah makanan di dalamnya, nanti bakal diangkut. Gambar di bawah ini contoh tempat sampah untuk sampah makanan yang sering saya jumpai itu.
Simple ya kelihatannya? Tapi sistem ini terbukti membuat daerah yang saya tinggali bersih. Dan jarang saya temui tumpukan sampah yang bau. Kalau tumpukan sampah yang belum diangkut sih iya, sering. Di tempat saya, sampah diangkut seminggu 3 kali pada jam 5 sore.
Oia, plastik-plastik dan stiker itu bayar lo. Bisa dibeli di supermarket terdekat atau sejenis toserba gitu. Dengan harga yang relatif murah. Dengan ukuran beragam, 20 L sampai 200 L saya pernah temui. Untuk yang 200 L, saya membelinya dengan harga 1000 Won. Sebagai gambaran, untuk hidup sendiri, 200 L sampah setara dengan sampah saya selama hampir 3 minggu. π Itu pun sampahnya gak didempet-dempet. π
Sekarang saya baru ngerti kenapa jarang tempat sampah dimana-mana. Apalagi yang untuk umum gitu. Kayaknya orang gak mau rugi kali yah bayar-bayar plastik sampah untuk orang lain. Hihihi.
hoooo..gt yaa.. di sni jg klo di jalan2 jarang ngeliat tempat sampah..pdhal ktnya klo buang sampah bakal kena denda..kn ada cctv tea d jalan2.. alhasil dibawa pulang aja tu sampah sampe dorm baru dibuang sambil dipilah2..
kalo d leb pilah2 sampahnya lebih pusing lg bkin saya males buang sampah.. hahaha
wah, nice blog juga nih din.
nampaknya sebagai pemula, aku harus banyak ber”guru” sama adin. ^^