Saya bukan orang yang rajin sekali membaca. Tapi juga bukan orang yang terlalu malas untuk membaca. Saya menyebut diri saya, suka membaca.
Alasan saya membaca sebenarnya terus berubah dan atau kalau boleh dikatakan, berkembang, dari waktu ke waktu. Saat SD saya membaca hal-hal yang menarik bagi saya. Sebenarnya sampai saat ini pun begitu. Hanya saja dengan pengetahuan yang terbatas, ‘menarik’ disini benar-benar sempit. Terbatas pada dunia saya waktu itu, bermain dan belajar.
Sedangkan SMP adalah masa-masa aktualisasi diri saya sangat tinggi. Saya membaca buku-buku yang ayah saya baca (yang tipis saja) dan banyak buku-buku pengembangan diri yang lebih menunjang pada kegiatan sekolah saya. Saat itu saya sudah mulai tidak tertarik dengan komik, novel (sedikit) dan aneka buku-buku fiksi.
SMA? SMA ini dipenuhi sikap-sikap labil. Banyak melakukan sesuatu yang orang lain juga lakukan. Oleh karenanya bacaan-bacaan saya cenderung sifatnya populer. Apa yang orang banyak baca? Saya baca. Itu sangat membantu dalam pergaulan. Setidaknya saya merasa apa yang orang tahu, saya juga tahu lah. Kebiasaan membaca yang masih minim di Indonesia membuat saya bangga bisa mengetahui sesuatu yang diketahui orang-orang spesial di masyarakat kita. Orang-orang spesial : orang yang suka membaca. ๐
Saat kuliah, dunia mulai sering mengobrak-abrik idealisme saya. Sedikit banyak mempengaruhi selera membaca saya. Populer? Identik dengan buku-buku dengan nilai dan idealisme yang dikemas dengan begitu (nyaris) sempurna. Sehingga banyak membuat orang terpukau dan sesegera berminat untuk membaca.
Tapi saya mulai ‘sakit hati’ dengan teori-teori indah. Karena nyatanya tidak semudah itu. Tidak cukup dengan membaca, kemudian kita bisa menjadi apa yang diajarkan di buku itu. Sempat beberapa saat saya tidak suka membaca.
Namun puji syukur, Allah mengatur sedemikian rupa, sehingga saya haus akan bacaan. Minat membaca itu kemudian muncul lagi. Namun kali ini saya benar-benar kebingungan. Saya harus baca apa? Saya sempat tidak mau membaca kalau ternyata sia-sia. Saya mencoba untuk memulai saja dulu. Sering ke toko buku untuk melihat-lihat. Mana yang menarik? Mungkin lama-lama bisa menemukan minat saya lagi. Tapi rupanya tidak terbaca. Buku yang saya pilih terlalu beragam.
Lama-lama saya kesal. Dan tidak mau berhenti membaca. Tapi akhirnya saya menemukan alasan membaca.
Setiap manusia dianugerahi Allah banyak harta yang tak ternilai harganya, salah satunya adalah akal. Otak tidak pernah berhenti bekerja. Pengalaman hidup selalu memaksa dia untuk terus berfikir. Informasi tidak hanya direkam. Tapi rupanya diolah dan kemudian dimasukkan ke dalam memori yang sudah punya identifikasi informasi sendiri-sendiri. Dari sana nilai-nilai terbentuk. Nilai-nilai diri. Tanpa membaca, orang sebenarnya sudah banyak tahu.
Jadi buat apa? Hum,.. buata pa yah? Hehe.
Jadi paragraf agak panjang terakhir itu membuat saya sadar. Jadi manusia jangan sombong. Merasa sudah tahu seluk beluk dunia dan kemudian merasa cukup dengan apa yang ada di dirinya. Ilmu Allah itu luas. Otak saya pun punya banyak slot yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Jadi? MEmbaca sajalah! Jangan banyak tanya. Membaca itu jadi referensi hidup saja.
makanyaa.. jangan sombong! pamali! wuekekeke