JANGAN MAIN-MAIN SAMA PENYAKIT MAAG

Pagi-pagi tadi bangun-bangun langsung baca sms dari seorang sahabat sejak SMP:

Nda, lo lg apa? gw di opname nih…

Sms yang cukup singkat namun membuat hati ini tergerak. Wah, Icha diopname. Jadi kepingin ngejenguk nih. Dan gak lama kemudian, saya tahu kalau dia dirawat dimana. Akhirnya saya mengajak beberapa sahabat untuk ikut juga menjenguk. Sekalian silaturahmi dah cukup lama gak kumpul.

Setelah sampai di RS, baru tahu deh. Ternyata teman saya ini terkena maag kronis. Beberapa hari muntah-muntah bahkan minum obat pun tidak berpengaruh. Karena harus keluar lagi. Umminya bercerita ketika ketemu ICha di Bandung, rupanya sudah pucat sekali. Tepar di kamar kos.Β  Dalam hati… Hah? Maag doang bisa kayak gini? Ampuuun…

Saya juga punya sakit maag. Dan terkadang suka kambuh karena telat makan atau makan terlalu sedikit atau terlalu banyak. Untuk seseorang yang punya penyakit maag yang paling baik adalah makan dengan terjadwal dan dengan porsi yang pas. Beberapa bulan yang lalu juga teman ada yang masuk RS karena pencernaan. Setelahnya, diduga karena penyakit maag.

Walaupun tidak tahu efek panjangnya. Tapi masuk Rumah Sakit dan menelan waktu serta biaya bagi saya sudah cukup menyeramkan. Jadi? Sudah saatnya bagi kita-kita ini untuk membayar kesehatan kita dengan makan teratur dan dengan porsi yang pas. Kesulitan biasanya terjadi kalau kta sedang asyik mengerjakan sesuatu. Makan sebisanya dan sekenanya. Kadang bisa lupa dah hampir seharian blom makan. Dan nemunya roti, ya langsung makan roti. Karena malas mencari.

Intinya, diulang ulang nih. makan dengan terjadwal dan dengan porsi yang pas. buat anak kos juga. Walaupun terkadang di akhir bulan suka rada seret, tetep diatur jadwal makannya… inga’ inga’!!!

Advertisement

ILMU DAN KEBIJAKSANAAN

Hum… Sudah lama gak ngasih posting di blog. Mungkin karena berturut-turut ujian dan tugas, sehingga waktu terasa berlalu begitu cepat. Sulit untuk duduk lama, merenung, kemudian menulis. Tidak seperti malam ini…

Malam ini saya baru menyelesaikan ujian tengah semester yang dikerjakan di rumah. Akhirnya selesai juga. Saya tidak tahu benar atau tidak, akan berhasil memberikan nilai yang baik atau tidak, tapi yang saya tahu, saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Urusan hasil, kita serahkan saja kepada Yang Maha Memberi.

Ada suatu kepuasan bagi saya pribadi, belajar hal-hal yang saya sukai. Saya tidak takut menjadi bodoh dengan mempelejari hal-hal yang saya sukai. Setiap orang, bagi saya, harus bercita-cita menjadi ‘orang yang pintar’. Pengertian ini sangat luas. Pintar dalam berbagai bidang. Memasak, berkomunikasi dengan baik, merencanakan kehidupan dengan baik, keprofesian, berpolitik dan atau masih sangat banyak lainnya, kesemuanya merupakan bidang dimana kita bisa menjadi ‘pintar’ di dalamnya.

Lantas kenapa kita harus pintar? Sebelumnya, perlu diingat, bahwa pintar tidak selalu identik dengan nilai yang baik. Banyak bidang yang tidak bisa diukur dengan simbol-simbol angka dalam menilai keberhasilannya. Pintar adalah ketika kita berusaha dan terus mempelajari bidang itu. Pintar membuat kita berkembang. Pintar membuat kita semakin tahu. Pintar adalah menyeluruh.

Semakin banyak kita tahu, maka kita akan semakin tahu dimana kita tahu dan dimana kita tidak tahu. Hehe. Susah ya? Maksudnya, semakin kita banyak tahu, kita akan semakin sadar bahwa ada yang kita tidak tahu. Dan ini memunculkan sikap ingin tahu tersebut ‘terus ada’ dalam diri, membentuk karakter pembelajar sebenarnya.

Dengan dasar itu pula, semakin kita bisa menentukan, mana yang menjadi keahlian kita dan mana yang jadi kelemahan kita. Sehingga kita dapat memposisikan diri dalam setiap permasalahan. Menempatkan diri secara proporsional, sesuai kemampuan kita dalam berkontribusi. Menjadi semakin bijaksana….

Mengutip perkataan seorang dosen di kelas lingkungan, biasanya kalau orang hanya tahu sedikit (ilmu nya baru sedikit), sering ia merasa seolah sudah tahu semuanya. Akibatnya, tidak suka belajar, tidak dapat berempati terhadap pengetahuan orang lain. Mengerikan….

Semoga tulisan ini bermanfaat. πŸ™‚

Akhirnya menulis juga…

KAYA VERSI KELUARGA RICH

richie1Setelah mengantar Ummii bertemu dengan teman SMA nya untuk reunian, saya pulang dan menonton tv di rumah. Salah satu tayangannya adalah Richie Rich. Ya, film lama itu. ENtah kenapa tidak bosan saya menonton film tersebut.

Richie seorang anak dari keluarga kaya raya yang ditinggal pergi oleh orang tuanya. KEmudian kedua orang tuanya dicelakai pesawatnya oleh orang kepercayaan mereka. Dengan menaruh sebuah bom di pesawat. Hanya saja tidak berhasil membunuh kedua orang tuanya.

Kisah ini tentu saja sudah banyak orang yang tahu, termasuk anda. Yang ingin saya bahas adalah nilai-nilai yang dapat diambil dari film ini. Keluarga Richie menyadarkan kita, bahwa sebenarnya, kekayaan adalah sumber kebahagiaan mereka. Dan itu bukan lah emas, uang, istana dan lain sebagainya. MElainkan kenangan-kenangan indah bersama orang terkasih. Kekayaan mereka teukur dari kualitas hubungan dengan orang-orang dekat mereka.

Di akhir cerita, Richie bertanding baseball dengan teman-temannya. KEmudian mereka menang. Ricihie yang menentukan kemenangan tersebut dengan pukulannya yang melemparkan bola menjadi sangat jauh. Setelah menang RIchie disambut riang gembira dengan teman-temannya. MElihat anaknya bahagia dan memiliki banyak teman yang menyayanginya, kedua orang tua Richie kemudian berkata, “Anak kita sekarang sudah benar-benar menjadi anak terkaya sedunia!”

SETIDAKNYA MASYARAKAT MULAI BERUBAH (little)

Alhamdulillah, walaupun hanya quick count, kita saat ini sudah bisa melihat gambaran perkiraan akademis hasil pemilihan umum Indonesia. Kebahagiaan saya ini, jangan sampai membuat anda berfikir kalau saya salah satu pendukung partai pemenang tersebut yah. Hehe.

Pemilu tidak berjalan dengan sangat lancar. Banyak orang yang berhak memilih tetapi tidak terdaftar di DPT, ada yang belum sampai logistik seperti di Papua, ada yang sudah mendapatkan A5 tetapi tetap tidak bisa memilih, masih saja ada money politik, dll. Ini realita kita saat ini. Akan kah kasus-kasus di atas dapat menggugat hasil pemilu sekarang? Saya hanya dapat berkata, KPU memang belum bisa menyelenggarakan Pemilu dengan baik. Tapi harus saya akui juga, sebagai warga negara, i don’t have any idea about how to fix that.

Tetapi terlepas dari itu semua, saya merasakan beberapa indikator kemajuan pada Pemilu kali ini. DIbandingkan sebelumnya. Karena saya mulai mengamatinya baru 2004 dan 2009 ini. Salah satunya adalah turunnya prestasi beberapa partai yang memang tidak memiliki kekuatan ide di tengah masyarakat. Dalam hal ini, saya mengabaikan apakah ide tersebut berhasil atau tidak. Tetapi yang penting adalah ada usaha untuk memberikan solusi terhadapΒ  permasalahan. Dan mungkin memang jarang kita temukan partai-partai yang konsentrasi terhadap hal itu. Sebagian besar partai memberikan janji, sambil mereka pun berfikir bingung sendiri, ‘gimana ya cara merealisasikannya…uhm…

Masyarakat kini sudah lebih pintar. Kalau dulu mungkin masih banyak desa-desa yang bisa dibikin menjadi satu suara, tapi untuk sekarang hal tersebut sudah menjadi sangat sulit. Masyarakat pun tidak lagi mudah untuk digiring ke suatu partai dengan banyak janji menggiurkan. Kita sudah dapat menilai tingkat reability dari janji-janji tersebut. Yang kosong, akan terasa kosong. Yang berisi akan terasa berisi. Boleh saya katakan, dan ini bisa menjadi peringatan untuk para politikus, masyarakat kita saat ini sudah bukan masyarakat di tahun 1999 atau 2004. Atau khususnya untuk Megawati, masyarakat kita saat ini sudah tidak sama dengan yang bapaknya dulu pimpin. Ini 2009! People change! Walaupun perubahannya masih kecil. Tidak terlalu besar. πŸ˜€

Kedepannya, saya berharap proses demokrasi di Indonesia akan menjadi lebih baik. Dengan pendukungnya adalah masyarakat-masyarakat yang tinggi tingkat pendidikannya. Sehingga meningkatlah keberdayaannya untuk menggapai cita-cita dan keinginannya. Kita tidak bisa selamanya mengandalkan figur pemimpin untuk menjadikan bangsa kita maju.Tetapi kita secara pribadi dapat ikut serta menentukannya.

Hal ini bisa dijadikan program kerja yang progresif untuk kemajuan bangsa kalau setiap partai politik mengerti. Memajukan suatu bangsa adalah memajukan kualitas individunya. Bukan menurunkan BBM nya, sembakonya. Yang dinaikkan adalah harkat dan martabat manusianya.

Jayalah Indonesia…!

PEMILU HAHAY

hahay...

hahay...

Akirnya beres juga menyontreng-nontreng di pemilu ini. Kesan yang didapat:

1. Gile. Pemilu di Indonesia kek nya mahal banget yah. Kertasnya tebel, gede, warna-warni dan ada empat lembar pulak. Haduh susah ya kalau tidak ada partai yang akomodatif. Semua pengen mimpin, pengen maju. Terus dipikir-pikir semua TPS bikin tenda, bayar, kursi bayar. Duh, kenapa gak bikin TPS di sekolah-sekolah aja yah? Yah, terserah lah. Mana ada yang narik masa make dangdutan pula.

2. Buat para caleg bagus tapi gak kepilih. Yeee! Salah sendiri kagak promosi? Gak punya duit? Mikir kok semua harus pake duit. Kreatif dikit lah. Cuti 3 bulan kek, terus keliling daerah dapil buat share ide.Β  Haha. Enak ya ngomongnya saya ini. Maksud saya, liat dong Obama yang kampanye nya lewat facebook, internet,,, dll. Ada juga walikota mana gitu di AS yang kampanyenya datengin ke rumah2, kantor, share ide dll πŸ˜› Lagian masih ada kok pemilih kayak saya, yang gak ngaruh ma iklan-iklan partai politik yang lebay.

3. Gak kebayang kalau orang gak ngikutin pemilu. Saya aja yang cukup aktif mencari tau, pas milih, masih rada-rada bingung.

4. Sial, tadi saya ngeliat ada beberapa pemilih, yang sebelumnya diomong-omongin ma orang. Pas agak dekat, bilang gini… Awas yah, inget milih saha… wew! Mana Bibi yang bekerja di rumah juga curhat lagi. Dikasih beras pagi-pagi ma calegnya. Dan akhirnya dia milih calegnya. Wadooooooooo! Pusing yagh…

Tapi anyway… Setidaknya saya lega… Sudah ikut menentukan nasib bangsa dengan cara memilih… Yang terbaik menurut saya. Menurut saya, yang terbaik itu yang:

1. Partai dimana ‘MUNGKIN’ tumbuh pemimpin-pemimpin yang cerdas, yang berilmu, yang amanah,,,

2. Ber-title ST, MT, Dr, dr, Phd, dan sejenisnya. Haha. Ini mah alasan yang sulit untuk saya jelaskan.

3. Yang kalau saya sebut nama partai dan calegnya, gak bikin Abi emosi. Hahay.

Seru juga yah pemilu… Baru pertamax soalnya…

Semoga Indonesia menjadi lebih baik lah abis pemilu ini… Saya mah cuma bisa belajar dan bekerja keras untuk bangsa ini… Semoga lebih bermanfaat daripada lima menit tadi menyonteng-nyontreng… πŸ˜€

GOLDEN IN, GOLDEN OUT

“Saya juga mau… Tapi saya gak tahu mesti ngapain…”

Kalimat di atas merupakan kalimat yang sederhana. Tetapi cukup berbahaya kalau tidak segera ditemukan jawabannya. Kenapa berbahaya? Karena seringkali kejadian-kejadian bunuh diri, membunuh orang lain, menggunakan cara-cara haram dalam mencapai keinginan, dimulai dari kesenjangan antara kemauan, kemampuan dan kesempatan.
Manusia cenderung bertindak sesuai dengan basic apa yang dia tahu. Misalnya saja begini, ada sebungkus mie di atas meja, berwarna hijau bungkusnya. Anak bayi berumur 1-2 tahun menyukai warnanya, kemudian mengangkat-ngangkat tangannya untuk meraih. Setelah jatuh, ia kebingungan membukanya. Mungkin yang terjadi hanya mengacak-acak atau membuat bungkusnya basah karena berusaha menggigit tapi tidak cukup kuat. Anak SD yang belum belajar menggunakan kompor, dapat mengambilnya dengan mudah. Karena lapar, tidak bisa masak dan tidak ada orang yang dapat dimintai bantuan, ia meremas mie kering tersebut, membumbuinya dan memakannya begitu saja. Bapak-bapak yang kelaparan di tengah malam. Akan merebusnya, memakannya. Anak gadis yang kreatif, mungkin akan menambahkan rawit dan sayur untuk meningkatkan selera.
Dari kesemuanya, intinya, setiap orang akan bertindak sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Keinginannya sama, makan. Pengetahuan manusia berkembang setiap waktu sesuai dengan informasi yang dia terima. Dulu saya suka membaca buku-buku yang menurut ayah saya ‘aneh’, dan mungkin kurang baik, tidak perlu dibaca. Kemudian beliau menjelaskan tentang garbage in, garbage out. Bahwa otak kita akan merekam hal-hal apa saja yang berkenaan dengan kita. Kemudian otak itu akan melandasi tindakan kita. Kalau kita masukan informasi sampah, maka perilaku kita tidak jauh dari sampah. Sebaliknya, kalau kita terus menerus memasukkan otak kita informasi yang golden, maka tindakan kita pun akan menjadi tindakan golden.

Jadi untuk memperbaiki keputusan-keputusan, sikap-sikap dalam hidup kita, sebenarnya terdapat banyak sekali cara. Salah satunya, terutama untuk kualitas tindakan kita, kita dapat mencermati lagi informasi-informasi yang masuk ke dalam diri kita. Entah dari bacaan kita, tontonan kita, tempat bergaul kita, dll.

Selain memperbaiki sumber informasi-inforasi tersebut, jangan lupa untuk memperkaya sumber informasi. Supaya kita gak bilang ‘no idea‘ atas masalah kita sendiri. Menjadikan membaca, beridskusi dan bergaul menjadi kebiasaan bagi saya itu good idea juga. πŸ˜€

Semoga kita menjadi generasi-generasi emas… Bukan generasi sampah…

HAL-HAL KECIL DI KITA

Tadi, setelah beberapa hari tidak keluar rumah, saya mencari makan di luar. Di bilangan Imam Bonjol. Ketika makan, saya perhatikan tempat makan sudah sangat penuh. Dan menarik, saya menemukan orang-orang berseragam PNS secara berkelompok. Terdapat beberapa kelompok. Jam saat itu sudah menunjukkan pukul 13.30. Mereka, sama seperti saya, belum memesan apa-apa dan mengobrol seru dengan teman-temannya.

Di lain pihak, saya teringat kejadian kemarin siang. Saat Anas menolong saya untuk mengumpulkan tugas kuliah di salah satu bagian administrasi laboratorium kampus. Pada pukul 15.00, pegawai tidak ada. Uniknya, belum pulang makan siang. Bukan sudah pulang kerja. Oh God!

Kedua hal di atas hanya capture, dari banyak capture yang mungkin anda sekalian pun punya. Mereka tidak takut. Padahal sudah ada stasiun TV yang pernah membuat acara salah satunya memergoki PNS-PNS yang keluar di luar jam kerja. PErtanyaan saya, Apakah jumlah PNS terlalu banyak hingga pekerjaan tiap-tiap orang menjadi sedikit? Atau bagus tidak kinerja PNS tidak terlalu signifikan mempengaruhi keuntungan atau kerugian badan dimana ia bekerja? Atau gaji mereka terlalu kecil untuk melakukan pekerjaan yang diberikan kepada mereka? Atau? Masih banyak lagi pertanyaan yang bergelut di kepala saya.

Tapi terlepas dari itu semua. Yang saya yakin, semua sebenarnya bisa dikembalikan ke diri masing-masing individu. Sepanjang makan siang, saya terus mengomentari gelagat para PNS tersebut. Tampaknya rekanan bicara saya sudah mulai bete dengan komentar-komentar saya.

Karena takut, akhirnya saya menutup komentar saya dengan, “Mas, tar kalau kita kerja, kalau bisa jangan kayak gitu yah… Bukan kalau bisa… Tapi harus tidak seperti itu…” Yup, kita harus bisa bertanggung jawab atas waktu kita untuk bekerja membuat perusahaan atau badan dimana kita bekerja menjadi lebih baik karena keberadaan kita. Kalau semua orang berfikir seperti itu, saya yakin, selalu ada perubahan atau perbaikan pada perusahaan, terutama perusahaan atau badan pemerintah. Bukannya itu yang sama-sama kita harapkan di Indonesia?

Semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang bermanfaat untuk semesta kita…

CATATAN HATI BUNDA

Kondisi badan yang kurang sehat beberapa hari terakhir ini ternyata memberikan banyak kenikmatan untuk saya. Hari-hari dijalani dengan lebih santai. Jauh dari hal-hal berbau elektro dan sejenisnya. Hingga pada akhirnya saya berkesempatan melahap sebuah buku karya Asma Nadia yang menarik dijadikan bahan berbagi dengan anda semua. Berikut resensinya:

Judul Buku : Catatan Hati Bunda

Penulis: Asma Nadia

Penerbit: Lingkar Pena

Tahun Terbit: 2008

Dimensi: 20.5cm

Jumlah Halaman: 350 Halaman

Bagi Asma, menjadi Ibu bukan sekadar tugas, tapi sumber inspirasi dan kebahagiaan yang tiada taranya. Selamat untuk Asma Nadia, penulis terbaik, ibu terbaik bagi anak-anak kami.” (Isa Alamsyah)

Buku ini berisi tentang cerita-cerita pendek pengalaman Asma Nadia dan Isa Alamsyah sebagai orang tua mendidik kedua anaknya, Chacha dan Adam. Seperti biasa, kalimat-kalimat Asma begitu sederhana, menarik dan menyentuh para pembacanya.

Anak-anak adalah titipan Tuhan. Orang tuanyalah yang kelak menjadikannya muslim, nasrani atau majusi. Membaca buku ini, membuat saya berfikir bahwa, penting setiap orang tua atau calon orang tua belajar memahami pendidikan anak. Orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk menghantarkan anak-anaknya siap menjadi manusia yang baligh, siap mempertanggung jawabkan hidupnya sendiri.

Dalam buku ini, Asma secara tidak langsung memberikan tips-tips berharga bagaimana mendidik anak. Mungkin tidak semua kasus pendidikan anak terwakili disini. Tapi setidaknya, buku ini memberikan kita semua inspirasi untuk mencari cara kreatif untuk menumbuh kembangkan buah hati dengan cara yang tepat.

Membaca buku ini juga membuat saya berfikir, tidak mudah ya sepertinya menjadi orang tua. Soalnya kita harus sudah sangat matang. Gak asal-asalan, gak egois, gak gak jelas…. Hehe. Mungkin ini pikiran gadis ingusan yang belum mengerti seluk beluk dunia ya. Tapi artinya, mendidik anak nantinya akan menjadi tugas yang besar dan bahkan kalau berhasil, dapat dijadikan karya terbesar dalam hidup kita.

Mengingat buku ini merupakan tulisan bersama Asma dan Isa, mendidik anak rupanya bukan melulu tugas seorang Bunda. Kontribusi Ayah pun memiliki pengaruh yang tidak kalah besar. Kerjasama yang baik antara Ayah dan Bunda dalam pendidikan anak sepertinya sangat penting. Ayah yang secara fisik lebih kuat, berani, *terkadang* galak… Bunda yang penuh kekhawatiran, protektif, dll… Kesemuanya dibutuhkan oleh anak-anak.

Kisah ini bukan yang terbaik. Tetapi menjadi yang terbaik karena terdokumentasikan dengan baik dan indah. Sehingga dapat menginspirasi kita. Saya yakin banyak kisah mendidik anak yang jauh lebih menyentuh, menginspirasi… Makanyya, bapak-ibu, Mama-Papa, Mami-Papi, Abi-Umi… ayo menulis dan berbagi kisah yang dapat menjadi pelajaran bagi kami-kami yang masih muda ini untuk belajar menjadi orang tua yang lebih baik suatu saat nanti. πŸ™‚

Terakhir, buku ini, lagi-lagi, sangat saya rekomendasikan untuk dibaca. Oleh perempuan ataupun laki-laki. BIsa jadi kado yang sangat berharga untuk kehidupan kelak.

Terakhir… lagi… hehe… maaf ya ibu-ibu… bunda-bunda… ummi-ummi… kalau pendapat saya ini sotoy… πŸ˜›

PASTI GARA-GARA…

Saya baru saja ditampar oleh celotehan lucu adik saya, Ila. Usianya tahun ini adalah 8 tahun. Cerita bermula saat saya pulang ke rumah. Saya entah kenapa merasa sangat bahagia hari itu. Padahal tidak ada hal spesial yang terjadi paginya. Hari itu siang.

Bahkan saya datang ke rumah dengan badan yang lemas dan tidak bersemangat. Tetapi anehnya, begitu melihat Ila, adik kecil saya. Saya pengen tersenyum. Kemudian saya menyalakan laptop. Dan di tempat yang berdekatan, Ila menyalakan komputer. Kami sama-sama membuka Facebook. Dan tiba-tiba, Ila menyapa lewat fitur chat.

“Halo teteh…”

“Hai cantik… Aku sayaaaang banget sama De’ Ila…”

“Teteh kenapa?”

“Kenapa apa?”

“Teteh lagi seneng ya?”

“Kenapa gitu?”

“Teteh lagi seneng ya?”

“Kenapa emang?”

“Gapapa. Pasti teteh seneng gara-gara M** A*** da…”

Kemudian chat itu terputus untuk beberapa saat. Ila menghampiri saya di meja belajar saya. Memeluk dan berusaha mencium saya. Haha. Seperti biasa, saya suka merasa ‘geuleuh’, karena kalau dia mencium suka basah. hihi. Tapi akhirnya kena juga ciuman Ila itu.

“Iya… Teh Nda kan kalau seneng pasti gara-gara M** A***… Kan Teh Nda sayangnya ma M** A***…”

Busyeeeeet…Β  Separah itukah dia menilai kalau saya cuma sayang sama manusia berhuruf bintang-bintang di atas? Sampai-sampai dia gak percaya kalau saya benar-benar mengungkapkan itu dari hati yang paling dalam. Dan bener-bener pengen bilang, “De Ila, Teh Nda sayang banget sama De Ila…”.

Oh, c’mon… I wish this is true… I LOve You, Ila…

Gaya Ummi dan Abi: ‘make it up!’

Berkumpul bersama keluarga merupakan hal yang amat menyenangkan. Keluarga akan selalu menerima keadaan kita, tentu saja, buktinya sampai saat ini kita bisa bertumbuh dan berkembang. Tanaman tidak mungkin dapat melakukannya, jika tanahnya tidak mau menerimanya. Bisa jadi terlalu banyak kandungan air, terlalu kering, pokoknya tidak pas. Bagi saya, keluarga seperti lahan yang akan menerima saya apa adanya. Tetapi tidak hanya menerima, seperti yang saya jelaskan di atas, keluarga membiarkan saya bertumbuh dan berkembang.

at mentengBEtapa besar arti keluarga bagi kehidupan saya hingga saat ini. Dan rupanya, saya tidak salah merasa sangat beruntung. Saya memiliki orang tua yang amat pengertian. Mereka mengenal betul putrinya yang satu ini. Mereka cukup untuk menjadi teladan saya sampai saat ini. Memiliki kakak yang terlihat cuek dan menyebalkan, padahal sebenarnya dia seorang yang paling baik untuk saya. Adik-adik yang lucu, cerdas dan dapat menjadi teman bermain yang paling seru.

Anda mungkin tidak percaya, jelas. Tidak seindah itu juga. Tentu saja ada intrik-intrik yang pernah kami alami dan mengganggu keharmonisan semuanya. Tapi yang saya lihat, selama ini segala hal yang menjadi permasalahan berhasil di ‘make it up’ oleh kedua orang tua saya. Itu yang membuat saya sering merasa lega setiap kali datang sebuah masalah. Ummi dan Abi tidak akan membiarkan kita larut dalam masalah, yang mungkin sangat besar, tetapi mereka tidak akan membiarkannya mejadi sesuatu yang akan menjadi beban kita di kemudian hari.

Pernah suatu ketika, saya memiliki masalah dengan kakak saya. Entah apa sebabnya, saya menjadi marah dengan seisi rumah, Ummi, Abi dan bahkan adik-adik saya. Saya berfikir bahwa ini semua tidak adil. Dan yang saya rasa, kedua orang tua saya, segera, ‘make it up’. Segera. Sehingga saya gak perlu lagi capek-capek menghabiskan waktu banyak di luar untuk pundung. Dan ‘make it up’ itu juga tidak berarti sikap saya dibenarkan, melainkan mereka mencoba mencairkan suasana dan mengajak berdiskusi. Kedua orang tua saya memberikan pengertian kepada saya dan kakak saya. Saya rasa ini adil. Mungkin memang awalnya orang tua saya bisa jadi salah. Tapi yang bikin saya bangga adalah mereka belajar untuk mendengar, mengerti kemudian segera untuk menyelesaikan permasalahan.

Keluarga yang merupakan surga dunia pun tak lama tercipta lagi. Saya yakin, banyak kisah keluarga yang menyenangkan dan bikin bangga lain di atap-atap rumah teman-teman semua. Bangga, karena setiap keluarga pasti memiliki ‘local wisdom’ yang berbeda satu sama lain. MAri kita berbagi kebahagiaan! πŸ™‚