SIMPLE: TINGGAL TERTIB

Sore-sore hari ini, berniat pulang ke rumah, tetapi malah nyasar jalan-jalan keliling BAndung dengan menggunakan sepeda motor. Sampai kebingungan, kami singgah ke Mesjid Agung Bandung. Terdengar megah kan? Ya, memang MAsjid Agung merupakan gedung/bangunan yang dapat dikatakan cukup megah. Dengan sistem parkir basement yang dikelola perusahaan parkir profesional, lebih lagi. Semakin terdengar modern.

Tetapi saat memasukkan motor ke dalamnya, oops! Kotor banget basement nya. Gak terlalu terawat lagi. Bisa dibilang dekil lah. Saat menaiki tangga untuk ke bagian utama masjidnya, bertemu dengan peminta-minta dan toilet yang kotor dan tak terurus. Huf! Saya hanya bisa menghela nafas saja.

Begitu keluar, boom! Penuh banget dengan pedagang-pedagang, sampah-sampah kecil (rokok, bungkusan makanan, dll). Pokoknya bukan tempat yang nyaman untuk ditinggalin lama-lama untuk sekedar menikmati indahnya bangunan tersebut. Sambil menunggu yang shalat,,, saya mikir… Kok bisa ya pusat kota seperti ini? Saya ingat Surabaya, KL, Singapore, Tasikmalaya,,, Kayaknya gak gini-gini amat… Apa ya yang beda?

Setelah dipikir-pikir, rasanya ini akumulasi kejorokan individu-individu yang datang kesini. Ngeliat bapak-bapak enak banget ngebuang putung rokok di halaman MAsjid. Dan ternyata di tempat dia membuang, saya perhatikan sudah banyak putung-putung rokok lain. Ngeliat anak kecil, enak banget ngebuang bekas jajannya dimana aja. Anak muda juga, ada yang bersama kawan-kawannya foto-foto, sampahnya ditinggal aja di kursinya. Haduuuuuh… paingan (kalo kata orang sunda sih)….

Solusinya? Ya, setiap individu yang singgah kesana harus tertib. Kenapa harus tertib? Karena yang datang kesana harus peduli dengan kebersihan tempat itu. Kenapa harus peduli? Karena manusia butuh kenyamanan, dan bukan hanya dia yang akan menikmati fasilitas umum tersebut. Gimana cara bikin tertibnya? Nah, ini bisa dari 2 jalan. Pertama, harus lahir dari keinginan individu-individu yang datang. Yang kedua, sistem manajemen dan kontrol masjidnya. Masa Masjid sebesar itu gak punya sistem manajemen yang bagus sih?

AYO PAK DADA! BANDUNG SUDAH TIDAK TERLALU NYAMAN UNTUK DINIKMATI SETIAP DETAIL KEHIDUPANNYA. SIMPLE KOK: TINGGAL LEBIH TERTIB. MINIMAL TIDAK SESULIT PEKERJAAN: MENGHANTARKAN PERSIB MENJADI JUARA LIGA DJAROEM SUPER. Percayalah…

Advertisement

TRUK POLISI DAN LAMPU MERAH

Tadi siang berencana ke rumah salah seorang teman kuliah untuk meminjam catatan. Tapi rupanya sedang tidak ada. Di jalan pulang ke rumah, saya melewati persimpangan dago, di bawah jalan layang.
Saya terbiasa tidak melanggar garis zebra cross saat menunggu lampu merah. Pada saat itu, kebetulan saya sedang memperhatikan tingkat ketertiban pengendara. KArena musim kampanye, jadi saya sering merhatiin gaya-gaya kampanye beberapa partai. Dan di samping saya, terdapat sebuah truk polisi kosong. Beruntun 2 buah. Ketika lampu masih merah (sepetinya sebentar lagi kuning), truk polisi tersebut sudah maju. Otomatis mobil-mobil dari arah berlainan terhalangi.
Saya sempat bingung dan berekspresi jijik dengan ulah kedua supir truk polisi tersebut. Segera, seorang pengendara motor di sebelah saya merespon ekspresi saya. Dan berkata, “Itu salah yang arah bersebrangannya dek! Harusnya itu udah merah… Polisi udah afal…”. Langsung ketika lampu sudah benar-benar hijau, motor tadi melesat maju meninggalkan saya.
Ngok! Pada ga waras semua ni…

ANAK KECIL JAMAN SEKARANG

Kemarin baru saja koneksi internet si rumah saya selesai. Sekarang penggunannya bisa unlimited, soalnya kami jadi punya 4 router dan sebuah akses point. Jadi tak terbatas untuk yang menggunakan akses pioint ini. Uniknya, setelah dipasang, setiap orang di rumah saya bisa mengaksesnya. KArena ternyata ada beberapa device yang kami punya, bisa koneksi dengan wireless. Bahkan adik saya yang kelas 2 SD pun bisa menggunakannya bersama-sama.

Website yang pasti dibuka bersama adalah facebook. Dengan cepat, adik saya belajar menggunakan fitur-fitur yang ada di dalamnya. Bahkan dia tampak lebih aktif mencoba ini itu. Di waktu lain, adik kecil saya menemukan sebuah buku diary milik kakak saya saat SD. Kira-kira isi bukunya seperti berikut: Data pribadi yang lengkap milik kakak saya, peraturan pengisian buku diary, dan diikuti data-data lengkap teman-teman yang mengisinya, termasuk saya. TEman-temannya tersebut memberikan data pribadi, testimoni, tebak-tebakan dan atau pantun di akhirnya. Oia, tak lupa tanda tangan.

Saya hanya tersenyum-senyum melihatnya. Lalu kakak saya bilang, “Nda, kalau zaman kita dulu, buku diary kayak gitu tuh kayak Facebook nya zaman sekarang”.
Saya langsung mikir. Iya juga yah. Habitnya masih sama, tapi FAcebook emang memfasilitasi gaya hidup yang sama dengan teknologi berbeda. TEntunya lebih memudahkan. Wah, wah, zaman memang sudah berbeda.

Nanti zaman saya punya anak kayak gimana ya gaya hidupnya? :-?g

MEMBACA PAPER (2)

Tadi sore iseng-iseng buka milis PADRG, dan ternyata banyak postingan yang sudah saya lewatkan. Salah satunya membahas tentang cara membaca paper yang efektif. Menurut dosen saya yang lain ini, ada cara yang paling efektif, yaitu dengan menerjemahkan paper. Penasaran, saya langsung coba menerjemahkan sebuah paper. Sampai tulisan ini dibuat, saya baru saja selesai menerjemahkan sebuah paper dengan 6 halaman. Dan saya merasa jauh lebih mengerti isi paper tersebut daripada sebelumnya. Saya sudah baca paper tersebut dua kali sebelumnya. Benar-benar efektif. TEtapi memang membutuhkan momen yang santai banget. Kalau nggak, pusing.

Tapi inti dari semua cara sih menurut saya adalah niat. Seberapa bener dan kukuh niat kita untuk mencoba memahami sesuatu yang sebelumnya kita tidak mempunyai gambaran. hoho. Teuteup niat mah nomor satu yah dimana-mana.

So? Try it! I bet you will! 😛

Selamat memahami paper-paper anda…. 🙂

MEMBACA PAPER

Sekarang musimnya saya harus membaca banyak paper. Demi, guna, untuk…hehe. Mengerti topik Tugas Akhir yang diberikan oleh dosen pembimbing. Saya amat bingung membacanya. Rasanya sulit sekali memahami maksudnya, intinya. Apa sih yang pengen penulis sampaiin ke mahasiswa macem saya ini. Apa yang perlu saya ketahui. Sempat hampir putus asa karena tidak bisa memahami betul isi paper. Sedikit sekali dari tulisan tersebut yang bisa saya pahami.
Akhirnya saya bertanya kepada kakak kelas saya, gimana caranya. Beliau mengatakan kalau paper itu ditujukan untuk eksperties di bidang itu. Levelnya bisa dikatakan di atas basic. Jadi agak wajar kalau kita tidak langsung memahami isi paper tersebut. Terlebih di paper sering sekali penulis menulis angka di dalam kurung menunjuk sebuah referensi. Sehingga kalau ada yang kurang jelas dari penjelasannya, dapat kita refer to paper lain yang bisa menjelaskannya secara detail. Wah, jadi sebagai pemula, emang gede banget effort nya supaya bisa mengerti paper.
IDe lain, dari dosen saya. Ini lebih simple dan menyenangkan. Bacalah paper dengan seksama dan sabar. Ulangi sampai tiga atau empat kali. Kalau setelah empat kali belum dapat dipahami, maka tinggalkan saja paper itu. Berarti penulisnya yang kurang bagus menyampaiaknnya. CAri paper lain yang lebih baik untuk kita. Haha. Ini yang paling saya suka. 😛
Selamat memahami paper-paper anda!

KALAU TAKUT, COBA JALANI SAJA

fear

Sebenarnya hal yang mejadi renungan saya malam ini adalah bagaimana menaklukan rasa takut yang ada dalam diri. Mengalahkan ketakutan menjadi keberanian. Menjadikan sesuatu yang dianggap gak mungkin jadi mungkin. Pengalaman yang saya ingat, saya melakukan ini dua kali. Pertama, saat menyetir Bandung-Surabaya pulang pergi Desember kemarin. Kedua, kejadian sore ini.

Saat itu, Umi saya meragukan perjalanan kami sekeluarga dengan satu supir, saya. Nada keraguan itu sebenarnya sudah terlihat dari sikap-sikap beliau. Saya juga sempat bertanya ke beberapa sahabat, berangkat atau tidak ya ke Surabaya? Banyak yang meragukan. Saya juga jadi takut. Padahal perjalanan ini sudah direncanakan sejak lama. Hanya saja harusnya kakak saya ikut, sehingga supirnya ada dua. Membayangkan perjalanan 12 jam tak henti, melewati jalan panjang tak berlampu di daerah perbatasan Jateng dan Jatim. Ban bocor dan lain-lain yang menyeramkan. Ngantuk, dan tak seorang pun bisa menggantikan. Wah pokoknya bikin saya pusing. Tetapi akhirnya, saya memutuskan untuk tidur sebentar dan merenung.

Bukan hal yang baik, saya tidur menjelang maghrib. Cuaca di luar hujan deras. Merenung di kamar membuat saya menjadi semakin down. Dan berfikir, gak usah ajalah. Ke Jogja saja atau daerah Jateng yang belum pernah dikunjungi. Kemudian saya bangkit, bersiap-siap. Setelah maghrib menjelang, saya ambil kunci mobil dan masuk ke kamar Umi. “Ayo mi, kita berangkat sekarang.” Umi kelihatannya agak bingung. Tetapi beliau langsung bersiap dan mengajak Faqih untuk bersiap juga.

Akhirnya kami berangkat. Dan entah kenapa, aura-aura menakutkan itu hilang seketika ketika saya sudah menyetir mobil ke arah Cileunyi. Tiba-tiba hati ini mantab, Surabaya! Tak ada rasa takut. Ban bocor? Saya ingat pernah belajar dongkrak saat SMP dulu. Yah, yang pasti saya jadi tidak ada sedikitpun rasa takut. Paling hanya maslaah mengantuk. Cuman saya ingat teorinya. Kalau ngantuk, ya berhenti. Kalau udah lewat ngantuknya, biasanya kuat dan malah gak bisa tidur. Jadi, hajar aja Surabaya. Sampai di Surabaya dengan selamat. Dan pulang ke Bandung lagi dengan selamat. Pulangnya sempat sih bermalam di Solo. Karena saya pun harus mengukur kemampuan diri.

Lama setelah kejadian ini. Umi pernah bilang kalau awalnya dia sangat meragukan saya menyetir sampai ke Surabaya. Beliau berfikir paling nanti ujung-ujungnya ke Jogja. Tetapi yang saya ingat di perjalanan, Umi tak pernah menunjukkan sedikitpun keraguannya. Alhasil, saya pun jadi lebih percaya diri untuk menyetir sampai di Surabaya.

Kejadian sore ini pun begitu. Membayangkan gelapnya jalan dan hujan yang deras. Tetapi saya berfikir, kalau gak ada momen belajar bersama malam ini, apakah mereka akan belajar? Sebentar lagi akan mendekati momen UTS. Dan akhirnya mantabkan hati saja untuk berangkat. Mencari jas hujan dan celana anti air. Memasang headset dan music player di HP, kemudian berangkat. Dingin. Kacamata membuat semakin sulit saja. Wah, kalau ini dibayangin pas sebelum berangkat, bisa-bisa gak jadi. Selama perjalanan saya menikmati semuanya. Ya dinginnya, ya gelapnya, ya macetnya, ya musik asiknya. Semua yang ditemui di jalan menjadi suguhan yang bisa dinikmati. Sehingga perjalanan menjadi sesuatu yang menyenangkan dan tanpa beban.

Begitu memasuki kawasan Lembang, sempat agak takut. Karena jarak pandang menjadi semakin pendek. Tetapi apa boleh buat. Ini tinggal beberapa ratus meter lagi. Jadi terus dinikmati saja gelapnya juga. Tentunya dengan semakin hati-hati membawa motornya. Begitu sampai di asrama, ada yang berteriak, “Yea! Kak Dinda udah dateng…”. Dan hal itu benar-benar membuat rasa lelah hilang begitu saja. Beberapa anak menyalami saya. Dan sahabat saya yang tinggal di asrama memberikan suguhan obrolan-obrolan ringan yang menghangatkan. Belajar pun mulai setelah setengah jam kemudian. What a nice learning…

Saya senang sekali. Terlebih membayangkan apa yang akan hilang ketika saya memutuskan untuk takut dan tidak ngapa-ngapain. Apa yang akan tidak saya dapatkan manakala saya tidak menjalankannya. Salah satu dosen saya pernah pernah berbicara kepada para mahasiswanya di suatu kuliah. Ketika kita bingung dengan sebuah masalah, jawabannya satu. Libatkan saja diri kita pada masalah tersebut. Kemudian jadikan diri kita bagian dari penyelesaiannya. Karena dengan berfikir saja tidak pernah akan cukup untuk membuat segalanya lebih baik.