Sahabat yang mungkin pernah menjadi sandaran, orang terakhir yang akan tetap bersama kita di saat kita senang atau pun susah, bisa menjadi sebaliknya manakala sebuah masalah datang. Masalah yang membuat kita tidak berfikir secara bijak. Sehingga yang ada hanya sisi-sisi egois kita menyambut mereka.
Perlahan mulai menjauh dan tidak saling menyapa. Kemudian muncul berbagai prasangka. Sahabat kemudian menjadi ‘the other’ bagi kita. Tidak mungkin lagi membuka diri kepadanya. Perang seperti di Gaza, mungkin akan mencapai titik jenuh dan lelahnya. Tapi memutuskan silaturahmi, atau dapat dibilang perang dingin. Terlebih dengan sahabat yang dulu pernah begitu akrab, bisa memakan waktu yang lama. Sampai akhirnya ada yang berjiwa kuat untuk meminta maaf terlebih dahulu.
Keinginan untuk meminta maaf terlebih dahulu bisa surut, manakala hati belum bulat untuk mlakukannya. Terlebih respon dari sahabat kita yang mungkin masih mengesalkan saat kita mulai mendekatinya. Adakah trik khusus untuk memecahkan suasana yang mendingin atau membuat diri kita nyaman untuk mendahului meminta maaf?
mohon berbagi….