Novel ini telah tiga bulan lamanya berada di rak mukena kamar saya. Pemberian atau pinjaman ya? Hehe. Pokoknya dari seorang sahabat yang pernah beraktivitas di PW PII Jogja Besar. Di tengah gundah gulana, menyusul badai UTS, saya malah jatuh hati ingin membaca novel ini. Alhasil, novel ini baru selesai setelah empat hari. Berikut saya ingin sedikit berbagi hikmah novel ini dengan menulis sebuah resensi. Semoga bermanfaat!
Judul Buku : TEMBANG ILALANG
Penulis : MD. Aminudin
Penerbit : Semesta, Yogyakarta
Tahun terbit : 2008
Dimensi : 14×21 cm
Jumlah halaman : 512 hlm
Secara garis besar, novel ini menceritakan tentang perjalanan cinta Asrul dan Roekmini dengan latar belakang sejarah Indonesia. Dimulai dari masa penjajahan Belanda yang kemudian ditumbangkan oleh Jepang. Kemudian masa dimana bangsa kita sempat menghela sedikit nafas kemerdekaan yang disusul oleh datangnya sekutu kembali untuk menguasai Indonesia. Dari semua kondisi tersebut, ada beberapa hal yang saya sadari, ternyata penjajahan atau penindasan itu tidak hanya dilakukan oleh bangsa asing, melainkan juga oleh pribumi yang bermuka dua. Sebagian besar dari pribumi yang bermuka dua tersebut adalah orang-orang kelompok merah yang kemudian eksis menjadi PKI bertahun-tahun kemudian.
Berkisah tentang pasangan suami istri yang dipertemukan oleh Allah di Kanigoro, suatu daerah di Kediri, Jawa Timur. Roekmini adalah anak semata wayang seorang Kiai terpandang di desanya. Sedangkan Asrul adalah seorang buronan nomor satu kelompok merah kala itu. Karena nurani, ia merubah haluan keyakinannya. Dari seorang komunis cerdas yang sempat mendapatkan pendidikan tentang ajaran-ajaran Marx di Sovjet, menjadi seorang yang kemudian meyakini adanya Tuhan. Dengan keyakinan barunya itu ada dorongan kuat dalam dirinya untuk menghancurkan pergerakan kelompok merah ini. Sehingga konsekuensi logis harus ia terima akibat dari pembangkangannya ini.
Asrul sebagai tokoh utama di novel ini, dihadapkan pada tiga masalah teramat berat paska berpisahnya ia dengan anak dan istrinya. Pertama, perjuangannya melawan segala bentuk imperialisme dan pengkhianatan. Kedua, kewaspadaan terhadap intel-intel kelompok merah yang akan terus memburunya, baik dalam keadaan hidup ataupun mati. Dan terakhir, kerinduan teramat sangat untuk bertemu istri dan anaknya.
Di penantian yang panjang, Asrul sempat menjadi wartawan harian KS di Surabaja dan memimpin Laskar Ilalang yang bergerilya di hutan-hutan untuk melawan penjajah. Sedangkan Roekmini dirampas dari tangan ibunya oleh kepala polisi Belanda. Membuatnya harus berpindah dari Kediri, Surabaja, lalu ke Bandoeng. Dan saat Jepang masuk ke Indonesia, ia bersama tawanan lain dibebaskan dan memberinya harapan baru untuk pulang ke Kediri. Tak lama setelah perjumaannya dengan anak dan Ibunda, ia ditawan oleh Jepang bersama perempuan lain untuk dijadikan aset pelampiasan nafsu binatang mereka. Namun berhasil lolos dengan bantuan kawan lama Asrul, Larto. Kemudian menyusul Ibunda dan anaknya yang lebih dulu mengungsi ke Modjokerto.
Kisah yang teramat pelik dan panjang. Bayangan keputusasaan untuk mendapatkan harapan adalah hal yang terus menerus menghantui. Kondisi bangsa yang tak menentu, dimana bangsa-bangsa penjajah seolah bermain judi dan menjadikan Indonesia sebagai taruhannya, membuat penantian itu semakin berat. Namun kuatnya fondasi cinta mereka berdua seolah menjadi kekuatan yang berlipat-lipat bagi mereka menghadapinya. Cinta yang dikuatkan lagi oleh landasan keyakinannya melalui doa-doa yang terus dikirimkan pada-Nya.
Di akhir cerita, pertemuan pun menjadi nyata adanya. Yaitu kala Roekmini menjadi tawanan PKI yang sedang bersembunyi di hutan belantara, karena semakin terdesaknya kondisi partai pimpinan Moeso tersebut. Di saat bersamaan, Asrul dengan Laskar Ilalangnya terlibat kontak senjata dengan kelompok PKI yang membawa Roekmini. Sehingga pembebasan Roekmini pun berhasil dilakukan.
Novel ini sangat rapih dalam menyajikan sejarah sebagai latar belakangnya. Penggunaan bahasa yang indah, memudahkan saya menyelami setiap detil kisah di dalamnya. Banyak bagian dari novel ini yang menyentak nurani. Novel yang sangat berbobot: menyuguhkan keindahan, nilai-nilai, sekaligus energi untuk terus berjuang dengan segenap keyakinan.
Luar biasa!
NOTE: buku ini ada dua kisah, di satu buku.