Dari jam delapan pagi tadi mati lampu. Jadi deh baru sekarang bisa nge-blog lagi. Gak ada kerjaan jadinya, soalnya dah listrik addicted gini hidupnya. ckckck. Bukan contoh yang baik. Saya akhirnya menghabiskan waktu dengan membaca-baca saja. Membaca bagian akhir buku Cara Sehat Jadi Perempuan yang pernah saya tulis beberapa waktu lalu, Excellent Parenting ala Rasulullah SAW dan Koran Pikiran Rakyat. Memang selalu ada hikmah di balik segala sesuatu. Mati listrik, jadi produktif baca lagi.
Coba-coba nyari berita di koran tentang padamnya listrik. Eh, langsung ketemu di halaman depan. Disusul halaman berikutnya tentang pemberitahuan PLN daerah di Bandung mana saja yang akan dimatikan. Menyusul kondisi tiga pembangkit di Jawa yang tidak dapat beroperasi. Berbicara tentang pembangkit, itu bidang keilmuan saya sebenarnya. Kalau saya coba pahami, sepertinya dilematis sekali menjadi pengelola PLN.
Energi sudah menjadi isu sentral di dunia saat ini. Manusia dituntut untuk terus berfikir bagaimana mengelolanya dengan bijak untuk anak cucu nanti. Lomba inovasi elektro di bidang energi sebenarnya sudah ada, dan banyak mengarah pada penurunan harga dan tingkat portable sistem alternatifnya. Intinya keterjangkauan. Tapi memang masih sedikit yang berani menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena memang masih teknologi tinggi untuk yang awam dan mahal modalnya. Tapi beberapa orang ada yang sudah berani mengorbankan uang dan atau pikirannya untuk menggunakan alternatif, buat saya mereka layak disebut “Pahlawan Energi”.
Sebenarnya siapa saja dapat menjadi pahlawan energi tanpa harus menemukan sumber energi alternatif. Yaitu dengan menggunakan listrik dengan bijak. Kalau mau tahu gimana caranya menggunakan listrik secara bijak dalam kehidupan sehari-hari mungkin bisa klik link ini.
Kondisi kesusahan energi dirasakan oleh semua negara di dunia. Hanya saja repot tinggal di Indonesia. Kebijakan penggunaan listrik dari pemerintah, masyarakat yang masih konsumtif, pencurian listrik dan budaya yang mendukung kinerja korporasi penyedia listrik yang belum optimal seolah menjadi tumpukan benang yang kusut di tengah krisis lain yang ada di Indonesia.
Banyak masyarakat yang protes tentang pemadaman listrik kali ini. Tapi saya merasa ada yang kurang bijak juga. Kalau yang protesnya perusahaan produksi, rumah sakit atau kegiatan lain yang produktif. Saya setuju. Tapi kalau kantor-kantor pemerintah atau tempat-tempat hiburan doang saya agak males mendengarnya. Kalau kantor pemerintah seringnya nganggur gitu komputernya. Paling lagi solitaire gitu. Kalau nyala produktif juga pasti satu atau dua komputer, itu juga bukan menghasilkan inovasi tapi lebih administratif sifatnya. Beda banget sama di perusahaan luar negeri. Kalau komputer dipakai untuk hal-hal yang tidak berurusan dengan kerjaan, otomatis mati dan passwordnya harus minta ke atasannya. Tambah deh catatan nganggur, gaji berkurang. Sedangkan kalau di pusat hiburan, tampaknya harus mulai mandiri menggunakan energi. Gak mesti dari genset sebenarnya, mengingat solar sangat mahal. Pakai saja photovoltaic. Mereka pasti punya modal yang cukup besar juga untuk membelinya. Yang mahal kan modal awalnya saja.
PLN sekarang sedang berusaha mengadakan proyek pembangunan listrik. Kalau tidak salah 1000MW. Tapi kalau masyarakatnya masih belum bijak, tidak ada artinya. Jangan-jangan tahu ada penambahan kapasitas, penggunaannya jadi nambah lagi.
Kalau dikategorikan, masyarakat dan mungkin bangsa kita baru tahu tentang yang namanya krisis energi. Ramai dimana-mana, hemat energi hemat biaya. Tetapi beli alat listrik masih yang boros daya. Menggunakan televisi untuk nonon infotainment yang bruntun dari pagi sampai petang. Tahu belum sadar. Sehingga tidak mendorong perubahan perilaku yang hemat listrik. Tugas semua elemen pada akhirnya untuk mewujudkan Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik. Hidup bersahaja mungkin prinsipnya bagi konsumen listrik. Hilangkan yang tidak perlu. Bagi perusahaan listrik, kebijakan alokasinya yang adil dan terus berusaha mengembangkan listrik dari sumber energi yang alami untuk konsumsi massif. Atau mungkin memberikan penyuluhan listrik mandiri.
Dan saya? Saya kuliah mencari ilmunya dan menemukan solusi lainnya. ;P