Pernah mungkin anda melihat beberapa orang dapat membaca buku di tengah keramaian. Hanya sekadar mengisi waktu luangnya. Bapak-bapak yang sedang menunggu istrinya belanja di mall. Atau ibu-ibu yang menunggu anaknya keluar dari kelas. Mahasiswa yang sedang menghabiskan jeda waktu menuju kuliah berikutnya. Atau apa lagi ya… Hum… Mungkin anda memiliki rekaman kejadian lain seperti di atas. Apakah anda merasa pemandangan tersebut lazim di negara kita?
Beberapa bulan yang lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi negeri yang tidak jauh dari kita, Singapura. Saat itu saya ingin berjalan sore ke taman tengah kota. Saya mendapati orang-orang membaca buku. Begitu juga saat menaiki kereta bawah tanah, banyak orang yang membaca sambil menunggu pemberhentian berikutnya. Di suatu pagi pun saya melihat koran dibagikan secara cuma-cuma di titik-titik keramaian, seperti di stasiun, pusat perbelanjaan dan lain-lain. Koran pun diminati dan dibaca saat menaiki kendaraan untuk mengisi waktu luang mereka. Ya, jangan dibayangkan se-freak semua dari mereka. Memang tidak semua, tetapi dapat dikatakan sebagian besar. Setidaknya pemandangan tersebut agaknya tidak lazim ditemui di lingkungan sekitar saya. Seperti di kampus, di taman-taman di Bandung, di bis Damri Jatinangor-Dipatiukur, di beberapa ruang tunggu pusat keramaian dan lain-lain.
Sebenarnya yang menjadi pertanyaan dalam diri saya adalah mengapa mereka memilih membaca? Mengapa mereka tidak menyapa orang di sebelah mereka? Membicarakan permasalahan bangsa yang sedang hangat seperti pemilu atau hal menarik lainnya. Apakah itu kebiasaan yang sudah membuat mereka seolah ‘candu’ untuk membaca? Kalau iya, mengapa mereka membuat membaca itu menjadi bagitu penting?
Lambat laun saya mulai bosan memikirkannya. Tetapi saya ingin memulai mencobanya. Ya, membiasakan membaca. Ternyata awalnya amat berat karena kita tidak dikondisikan sejak kecil, begitu juga pada setiap jenjang pendidikan kita. Merasa aneh awalnya, tetapi lama-lama saya mulai menikmati membaca. Terlebih saya mulai senang mengapresiasi bacaan-bacaan saya.
Setelah beberapa bulan berjalan, saya mulai menemukan beberapa alasan mengapa orang-orang membaca. Tentunya berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman seorang Adinda.
Pertama, Orang Membaca untuk Keperluan Pekerjaan atau Kuliah. Pada saat bekerja, orang biasanya mulai tertarik untuk mengembangkan diri. Dengan berbagai alasan: mencapai promosi di kantornya, beradaptasi dengan lingkungan baru, mendekati atasan dan lain-lain. Hal tersebut memotivasi orang untuk mencari cara, yang lebih akurat atau mungkin ilmiah dengan mencari buku-buku yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Begitu juga dengan kuliah. Kuliah mungkin masih menuntut kita untuk memiliki kebiasaan ilmiah. Menganalisa hasil percobaan, mempersiapkan praktikum, membuat paper dan lain-lain, membutuhkan landasan ilmiah yang biasa didapat dari textbook kuliah tersebut.
Kedua, Orang Membaca untuk Mengembangkan Hobi. Orang-orang yang menekuni hobi biasanya memiliki keingintahuan yang lebih dalam dibandingkan orang yang merasa pekerjaan itu biasa-biasa saja. Mungkin awalnya dilakukan secara intuitif, coba-coba menyelesaikan sendiri, namun lama kelamaan ada hasrat untuk mengembangkannya. Misal, orang-orang yang hobi otomotif, mulai membaca majalah otomotif, juga yang hobi memelihara ikan louhan. Mengapa ikan saya tidak berwarna sedangkan orang lain berwarna. Mengapa ikan saya beberapa mati begitu saja, tetapi ada yang ikannya dapat terus hidup dan memiliki pesona fisik yang sangat indah. Dan orang pun mulai mencari tahu melalui membaca buku-buku tentang memelihara ikan louhan.
Ketiga, Orang Butuh Pencerahan dalam Hidupnya. Membaca buku, identik dengan mendapatkan informasi baru. Tentunya. Sebab jika kita sudah mengetahui sebelumnya, kita tidak akan tertarik membeli atau meminjam buku tersebut. Setelah membaca, mendapatkan informasi-informasi berharga dan kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika itu membuahkan hasil, buku menjadi salah satu jalan untuk melepaskan diri dari kejenuhan menghadapi sebuah permasalahan. Biasanya buku-buku psikologis, buku-buku kisah sukses seseorang dan lain sebagainya.
Keempat, Membaca adalah Kebiasaannya. Ada beberapa orang yang membaca karena ‘hobi’. Bukan karena hobinya bermain gitar maka mencari buku-buku tentang musik, melainkan memang hobinya itu adalah membaca. Biasanya ini dibentuk sejak kecil melalui kebiasaan orang tua, kebiasaan di sekolah atau lingkungan yang dominan baginya. Cirinya buku yang dibaca sangat beragam. Dan biasanya terlihat dalam diri orang tersebut, nyambung dalam membicarakan banyak hal (politik, hobi, psikologi dan lain-lain). Ya, sekedar menambah wawasannya. Mungkin terpengaruh hukum relativitas einstein. Sehingga ingin sebanyak mungkin memahami berbagai sudut pandang agar meihat sebuah permasalahan dengan lebih bijak.
Sebenarnya yang paling saya dambakan adalah menjadi yang keempat. Karena esensi nya lebih mengena pada diri saya. Jika ada tingkatan-tingkatannya, mungkin itu sudah menjadi puncak kenikmatan dalam membaca. Need assisment nya sudah pada taraf mendapati apa yang disebut dengan wisdom. Membaca menjadi sesuatu yang penting. Tahap tersebut menyadarkan saya bahwa membaca menjadi bagian dari ‘mengilmui’ sesuatu. Dan itu menjadi kewajiban setiap manusia.
Hidup kita membutuhkan ilmu. Sayangnya ilmu tidak datang begitu saja dalam jumlah yang besar. Tetapi harus dicari. Kalau lewat kuliah saja, mungkin stressing nya hanya pada ilmu itu saja. Ilmu lain yang kecil-kecil tetapi penting harus dicari lagi. Ilmu agama, ilmu berkomunikasi, ilmu belajar, ilmu bekerja dan ilmu-ilmu lainnya. Di umur kita yang dalam tahap mempersiapkan kehidupan sebenarnya ini, menjadi sangat penting bagi kita untuk memulai ‘rajin membaca’. Tuntutan menjadi ayah atau bunda kelak, menjadi boss yang harus membimbing anak buahnya, atau hal lain yang mungkin anda lebih tahu.
Ayo kita sama-sama memulainya. Berat? Mungkin berat, karena kita belum biasa. Butuh waktu untuk membiasakannya. Seperti belajar mobil, mungkin awalnya kita harus fokus dan berkeringat dingin menyetir di daerah yang sepi dan luas. Tetapi ketika sudah biasa, kita dapat melewati jalan kecil yang padat, bahkan melakukannya sambil mengobrol santai dan mata kita sudah enak sesekali memperhatikan spion kiri, kanan dan belakang.
Saya mungkin bisa memberikan sedikit tips untuk memulai membiasakan membaca, berdasarkan pengalaman. Pikirkan waktu dimana anda merasa luang, dimana anda biasanya menghabiskan dengan kegiatan yang kurang bermanfaat. Kemudian ganti kebiasaan itu dengan membaca. Mebaca bacaan-bacaan yang ringan seperti koran, buletin yang disebar di kelas, tulisan blog orang lain yang ringan atau bagian dari majalah popular. Tetapi kalau bisa, pastikan diri anda membacanya sampai selesai dan betah. Setelah mulai merasa nyaman dengan membaca seperti itu, mulai membuat target membaca atau mengagendakan membaca. Satu buku dalam dua bulan mungkin atau satu bulan satu buku. Buku apa saja yang anda suka. Jangan malu membaca buku yang asing bagi sebagian banyak orang. Jangan takut dalam memilih buku yang anda sukai. Jadilah diri kita sendiri…
Lebih jauh lagi, hargai bacaan anda dengan mengapresiasinya. Beberapa cara untuk mengapresiasinya adalah dengan menulis. Saat membaca menjadi kebiasaan, anda lambat laun akan menemukan topik bacaan favorit anda. Cobalah menulis hal-hal yang anda anggap penting dari bacaan anda. Berbagilah dengan orang lain tentang bacaan anda dan mulai memberikan penilaian anda.
Selamat membaca dan tenggelam di dalamnya… 🙂
For a better habit…